Kutai Kartanegara
Kopi Varietas Liberika Kopi Liberika Kopi Liberika Desa Prangat Kopi Desa Prangat Diskominfo Kukar 
Pengembangan Kopi Varietas Liberika Jadi Program Andalan Desa Prangat
SELASAR.CO, Tenggarong - hasil olahan biji kopi Desa Prangat, Kecamatan Marang Kayu, Kutai Kartanegara (Kukar) disebut memiliki kualitas yang tinggi. Bahkan, biji kopi asal Desa Prangat tersebut menjadi salah satu penyuplai terbesar di Kukar. Hal itu disampaikan langsung oleh Kepala Desa Prangat, Fitriati.
Kondisi alam di Desa Prangat dinilai sangat cocok untuk bertanam kopi. Iklim tropis dengan curah hujan yang cukup tinggi membuat kondisi tanah di Desa Prangat menjadi subur, hingga menciptakan kualitas kopi yang baik. Pada tahun 1997 lalu, sebagian masyarakat pun mulai bergelut untuk menanam kopi. Pada saat itu, biji kopi asal Desa Prangat belum dikenal oleh masyarakat luas. Namun, pada tahun 2020, Bupati Kukar, Edi Damansyah berkunjung ke Desa Prangat dalam rangka menghadiri acara panen perdana kebun karet. Dalam acara itu, para tamu acara yang hadir dihidangkan dengan minuman kopi asli asal dari Desa Prangat.
"Saat itu kopi (asal desa perangat) disuguhkan kepada para tamu dan ternyata kopi itu memiliki rasa yang berbeda. Kemudian dilakukan penelitian, ternyata itu merupakan varietas liberika yang tidak sama dengan (kopi) umumnya," ujar Fitriati.
Semenjak itu, kopi asli asal daerah Desa Prangat itu pun dinilai mempunyai nilai ekonomis jika dikembangkan. Bahkan, pada tahun 2020 silam, kopi varietas liberika yang bijinya diambil dari sisa kotoran luwak ini pun mencapai Rp3,5 juta rupiah satu kilogramnya.
"Jelas dengan harga yang tinggi bisa meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan petani kita dan pengembangan Kopi ini telah menjadi program khusus andalan Pemdes," sebutnya.
Biji kopi asli dari Desa Prangat ini juga banyak dinikmati oleh konsumen dari luar daerah. Salah satunya, konsumen dari Pulau Bali yang siap untuk membeli biji kopi yang sudah diolah. Namun, para petani saat ini belum bisa memenuhi permintaan konsumen tersebut, lantaran permintaannya berkapasitas besar. Sedangkan jumlah produksi yang dihasilkan oleh para petani masih belum mencukupi.
"Jadi pasarnya skala lokal saja sekarang, itu pun permintaannya banyak. Disini juga ada beberapa jenis varian, jadi bukan cuma ada kopi luwak saja, tapi ada kopi pulwos, natural dan red honey yang dibanderol Rp750 ribu satu kilonya. Kopi ini aman di konsumsi bagi orang penderita penyakit lambung, karena proses permentasi (kadar) kafein menjadi 0,2 persen," pungkasnya.
Berita Terkait
Penulis: Juliansyah
Editor: Awan