Ekobis
Bank Indonesia Kaltim  Pertumbuhan ekonomi Kalim  kenaikan suku bunga acuan budi widihartanto Kepala BI Kaltim 
BI Kaltim Paparkan Alasan Kenaikan BI Rate ke 6%
SELASAR.CO, Bali - Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur, Budi Widihartanto, mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur (Kaltim) 2023 diproyeksi mulai melambat. Hal ini disebabkan oleh dampak pergolakan geopolitik dan inflasi global.
"Dimulai dengan pergolakan geopolitik beberapa negara, sekarang ditambah lagi setelah Rusia tambah lagi Palestina sama Israel. Nah kebetulan dia akan membawa konsekuensi baik secara politik, geopolitik dan juga secara ekonomi," kata Budi dalam agenda capacity building wartawan Kaltim di Bali, Senin (13/11/2023).
Budi mengatakan bahwa pergolakan geopolitik di beberapa negara, seperti Rusia, Israel, dan Palestina, telah menyebabkan ketidakstabilan ekonomi global. Hal ini berdampak pada penurunan pertumbuhan ekonomi di beberapa negara maju, seperti Amerika Serikat, Eropa, dan India.
"Nah kalau secara ekonomi, ketidakpastian global dan geopolitik ini menyebabkan terjadi pertumbuhan ekonomi yang awalnya steady dan bagus, tiba-tiba beberapa negara mengalami pertumbuhan yang negatif. Terjadi yang namanya koleksi-koreksi, revisi-revisi berbagai analisis dunia. Baik itu world bank, AMF, Bank Indonesia maupun juga beberapa berapa lembaga dunia lainnya yang melakukan revisi. Jadi beberapa negara maju seperti Eropa, Amerika kemudian juga di sebagian negara lain seperti India, termasuk Cina juga mengalami penurunan yang cukup signifikan," ujar Budi.
Berita Terkait
Negara dengan perekonomian besar seperti Amerika pun ingin mengembalikan inflasinya yang saat ini tinggi.
"Cara-caranya relatif masih klasik dengan meningkatkan suku bunga yang tinggi. makanya Kenapa setelah sekian lama Bak Indonesia kemarin juga turut menaikan suku bunga. karena kita lihat sudah ada pembalikan arus modal, yang tadinya sempat kita bagus ya dari negara-negara maju," kata Budi.
Seperti diketahui sebelumnya Dewan Gubernur Bank Indonesia telah memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan BI-7 days reverse repo rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 6%.
Ini merupakan kenaikan BI rate pertama yang diputuskan dewan gubernur BI, sejak terakhir kali kenaikan pada 19 Januari 2023 menjadi sebesar 5,75% dari level 5,50% pada 22 Desember 2023.
Meskipun demikian, Budi mengatakan bahwa secara domestik, pergulatan inflasi di Indonesia masih terbilang baik. Namun, tekanan terhadap nilai tukar rupiah semakin kencang. Hal ini terlihat dari pelemahan rupiah dari level 14.000-an menjadi 15.000-an per US dollar.
"Meskipun secara apa tadi domestik ya pergulatan inflasi kita masih terbilang baik. Tapi tekanan kepada Falas ini semakin kencang. kencang Ini bisa kelihatan ada pelemahan dari kita di level 14.000-an sudah masuk 15.000-an. Nah sekarang kita mau balikan itu ke level fundamental," kata Budi. (adv/diskominfo/yog/wan)
Penulis: Yoghy Irfan
Editor: Awan