Ragam
Desa Mentawir Wisata Desa Mentawir  Ekowisata Desa Mentawir  Dispar Kaltim 
Potensi Ekowisata Desa Wisata Mentawir yang Tersembunyi
SELASAR.CO, Penajam – Tak jauh dari titik nol Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, terdapat sebuah destinasi ekowisata. Dengan menawarkan 12 jenis mangrove yang subur, hingga seperti hutan belantara, destinasi wisata itu terletak di Kelurahan Mentawir, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Provinsi Kalimantan Timur.
Herry Nurdiansyah, Sekretaris Kelurahan Mentawir menjelaskan bahwa, keragaman jenis mangrove yang sempat teridentifikasi sebanyak 12 jenis itu, menciptakan pemandangan yang padat, menjadikannya destinasi ekowisata yang menarik dari daerah lainnya, di sekitar IKN Nusantara.
"Ada 12 jenis mangrove di Kelurahan Mentawir. Dengan banyaknya jenis mangrove itu, sehingga mangrovenya terlihat padat. Sangat bagus buat ekowisata," ungkap Herry Nurdiansyah, Selasa (14/11/2023).
Selain sebagai destinasi ekowisata, hutan mangrove di sekitar Kelurahan Mentawir juga memberikan manfaat ekonomi bagi sebagian masyarakat setempat. Masyarakat yang berdomisili di Kelurahan Mentawir mencari udang, ikan, dan kepiting di sekitar hutan mangrove tersebut, meskipun diperlukan kewaspadaan akibat keberadaan buaya di area tersebut.
Berita Terkait
"Sekitar hutan mangrove yang banyak tadi, ada juga sebagian masyarakat mencari udang, ikan, dan kepiting, tapi memang informasinya ada buayanya," sambungnya.
Dengan memiliki potensi ekowisata yang luar biasa itu, rupanya fasilitas yang tersedia saat ini masih perlu ditingkatkan, itu demi mendukung rasa pengalaman wisata para pengunjung. Otomatis setibanya di rumah pengujung akan sulit melupakan.
Kehadiran jembatan titian sepanjang sekitar 400 meter, kapal penyeberangan, dan pelabuhan untuk sandar kapal menjadi fasilitas utama, namun untuk mampu menjadi objek ekowisata yang baik, masih perlu mengalami revitalisasi jembatan titian dan penambahan spot untuk foto agar destinasi ini lebih bervariatif.
"Saat ini fasilitas yang tersedia itu, ada jembatan titian, kapal penyebrangan dan juga pelabuhan untuk sandar kapal. Dari kondisi fisiknya, jembatan titian ini perlu direvitalisasi lagi, ditambah spot untuk photo, untuk duduk-duduk agar lebih bervariatif," tambahnya.
Dengan hadirnya kawasan hutan mangrove di Kelurahan Mentawir itu, telah ditetapkan sebagai desa wisata oleh Asosiasi Desa Wisata Indonesia (ASIDEWI), jumlah pengunjung belum mencapai puncaknya. Herry Nurdiansyah menyatakan bahwa, kebanyakan pengunjung yang datang saat ini adalah untuk keperluan penelitian mangrove dan olahannya.
"Jumlah pengunjung tak menentu, paling hari minggu 3 sampai 5 orang saja, meski telah ditetapkan menjadi desa wisata oleh Asosiasi Desa Wisata Indonesia (ASIDEWI), pengunjung yang datang kebanyakan untuk penelitian mangrove serta olahannya," jelas Herry Nurdiansyah.
Sebagai desa wisata, Mentawir menawarkan dua akses yang tak sulit untuk bisa tiba ke ekowisata mangrove tersebut, yakni melalui jalur laut dan darat. Jalur laut dapat diakses dari Penajam, Balikpapan, atau Kampung Baru.
Sementara itu, jalur darat dapat ditempuh melalui KM 38 atau melalui simpang Silkar. Dengan potensi alam pesisir dan hutan mangrove yang memikat, Mentawir menjelma sebagai pilihan ideal untuk para pecinta wisata alam.
Penulis: Redaksi Selasar
Editor: Awan