Utama

Pengacara bolang Emak-emak aksi demonstrasi di Samarinda Aliansi Mahakam Aksi Demo Demonstrasi demo dprd kaltim 

Emak-emak yang Jadi Tameng Saat Demo Ingatkan Wakil Rakyat dan Aparat: Gunakan Hati Nurani!



Sunarty atau Xena, saat menghalau tameng pada aksi demonstrasi di Samarinda. Selasar/ tangkapan layar live Ig Selasarmedia.
Sunarty atau Xena, saat menghalau tameng pada aksi demonstrasi di Samarinda. Selasar/ tangkapan layar live Ig Selasarmedia.

SELASAR.CO, Samarinda - Aksi heroik seorang wanita paruh baya saat unjuk rasa mahasiswa di Samarinda pada Senin (1/9/2025) lalu menjadi sorotan publik. Sunarty atau yang biasa disapa ibu Xena, viral di media sosial setelah terekam kamera berada di garda terdepan untuk menghalau mobil watercanon polisi.

Peristiwa itu berujung pada cedera yang ia alami, namun justru menginspirasinya untuk melahirkan sebuah ide besar: membentuk komunitas "Gerakan Emak-Emak Pelindung Mahasiswa."

Berawal dari Naluri Keibuan di Tengah Kericuhan

Sunarty adalah seorang lawyer. Namun, ia menceritakan bahwa kehadirannya di lokasi demo bukan sebagai praktisi hukum, melainkan murni didorong oleh naluri seorang ibu. "Saya bukan sebagai pengacara, saat itu saya hanya seorang emak-emak saja," ujarnya.

Ia melihat kondisi yang tegang, di mana mahasiswa dan aparat sama-sama lelah dan emosi. Menurutnya, mahasiswa seperti anak-anaknya sendiri tidak sepatutnya diperlakukan keras.

Dengan berani, ia maju ke garis depan dan mencoba bernegosiasi dengan kedua belah pihak. Kehadirannya berhasil memengaruhi mahasiswa, yang lantas memberinya kepercayaan untuk menjadi penengah. Mahasiswa bersedia mundur secara teratur dengan syarat polisi menghentikan tindakan mereka. Aparat pun menunjukkan itikad baik dan menyanggupi permintaan tersebut. Sunarty merasa lega, mengira situasi sudah kondusif.

Namun, di tengah proses perdamaian itu, sesuatu yang tidak terduga terjadi. "Tiba-tiba air menghantam kepala saya," kenangnya. Sebuah semprotan water cannon menghantam kepalanya hingga ia tak sadarkan diri. Ia baru siuman saat berada di ambulans. Setelah sempat dilarikan ke posko medis di Islamic Center, ia akhirnya dirujuk ke rumah sakit. Mata kanannya berdarah dan bengkak, tetapi ia bersyukur kondisinya berangsur membaik berkat penanganan tim medis.

Pesan untuk Wakil Rakyat dan Aparat: Gunakan Hati Nurani

Dari kejadian ini, Sunarty menyampaikan pesan yang kuat untuk semua pihak. Kepada para mahasiswa, ia berpesan agar tetap menyampaikan aspirasi dengan tertib.

Namun, ia juga berpesan kepada aparat, "Mohon aparat harus bekerja pakai hati nurani," katanya. Ia melihat sendiri bahwa para mahasiswa berunjuk rasa dengan tangan kosong, sehingga sangat rentan jika harus berhadapan dengan kekerasan. Ia berharap aparat bisa mengedepankan keamanan dan ketertiban tanpa harus menempuh cara-cara represif.

Pesan paling tajam ia sampaikan kepada para anggota dewan. Sebagai wakil rakyat, ia meminta mereka untuk tidak "sembunyi di balik pagar." Sunarty berharap para wakil rakyat dapat berbesar hati membuka pintu dan menemui mahasiswa.

"Anggaplah kami tamu," katanya. Ia menekankan pentingnya komunikasi dua arah agar kepercayaan masyarakat terhadap wakilnya tidak luntur. "Jadilah pejabat yang gentleman dan tidak pengecut," tegasnya.

Mewujudkan "Gerakan Emak-Emak Pelindung Mahasiswa"

Pengalaman yang menguras fisik dan emosi ini justru menumbuhkan niat baik. Sunarty terinspirasi untuk membentuk sebuah komunitas yang ia sebut "Gerakan Emak-Emak Pelindung Mahasiswa." Gerakan ini bertujuan untuk mengumpulkan para ibu di seluruh Indonesia untuk melindungi anak-anak mereka saat berunjuk rasa.

Menurutnya, peran ibu sangat penting. Mereka tidak akan ikut campur dalam urusan politik mahasiswa, melainkan bertugas sebagai pengawas dan "tameng" di garis depan. "Pada saat mereka terdesak atau ingin membutuhkan pertolongan kita, alangkah baiknya emak-emaklah yang di depannya aparat itu," jelasnya. Ia yakin, kehadiran ibu-ibu akan membuat aparat berpikir dua kali sebelum bertindak keras.

Untuk merealisasikan idenya, Sunarty akan memanfaatkan LBH (Lembaga Bantuan Hukum) miliknya yang rencananya akan membentuk kepengurusan baru pada hari Jumat mendatang. Ia siap memfasilitasi setiap ibu yang ingin bergabung.

"Ayo, kita rapatkan barisan, kita lindungi anak-anak kita," ajaknya, penuh semangat. Sunarty yakin, jika banyak ibu yang terlibat, unjuk rasa dapat berjalan dengan damai, tanpa ada lagi air mata, pukulan, atau gas air mata.

Penulis: Bella
Editor: Awan

Berita Lainnya