Kutai Timur

Kominfo Kutim 

Dari Guru Muara Ancalong Jadi Bupati, Ardiansyah Sulaiman Tak Ingin Ada Anak Kutim Putus Sekolah



SELASAR.CO, Sangatta – Ada momen emosional yang terekam saat Bupati Kutai Timur, Ardiansyah Sulaiman, berbicara di hadapan jajaran Dinas Pendidikan dan para pemangku kepentingan dalam peluncuran program Strategi Anti Anak Tidak Sekolah (Sitisek), Jumat (21/11/2025).

Suara orang nomor satu di Pemkab Kutim itu terdengar parau dan bergetar saat membahas nasib anak-anak yang putus sekolah. Bagi Ardiansyah, pendidikan bukan sekadar program kerja, melainkan panggilan jiwa yang telah ia jalani jauh sebelum menjadi pejabat publik.

"Suara saya agak parau karena emosional bicara soal Anak Putus Sekolah (APS) ini. Ini program yang kita kerjakan sejak lama," ucap Ardiansyah mengawali kilas baliknya.

Ardiansyah bukan sosok asing dalam dunia pendidikan Kutai Timur. Dalam pidatonya, ia mengenang masa-masa sulit di awal tahun 1990-an, jauh sebelum Kutai Timur dimekarkan menjadi kabupaten. Saat itu, akses pendidikan menengah atas adalah sebuah kemewahan yang langka.

"Saya adalah saksi bahwa di wilayah ini dulu SMA hanya ada dua. Satu di Sangatta milik perusahaan, dan yang kedua hanya ada di Kecamatan Muara Ancalong," kenangnya.

Di sekolah terpencil di Muara Ancalong itulah Ardiansyah mengabdikan diri sebagai seorang guru. Pengalaman mengajar di pedalaman dengan fasilitas minim dan akses terbatas itulah yang menanamkan tekad kuat dalam dirinya: jika kelak memiliki wewenang, tidak boleh ada anak Kutim yang kesulitan bersekolah.

"Saat itu gurunya adalah saya. Jadi di wilayah Kutai Timur saat itu, sekolah negeri (tingkat SMA) sangat terbatas," tambahnya.

Berangkat dari pengalaman riil di lapangan, Ardiansyah yang kini memegang tampuk kepemimpinan, tidak ingin lagi mendengar alasan "biaya mahal" menjadi penghalang anak menuntut ilmu.

Sejak menjabat, ia konsisten mengawal alokasi anggaran pendidikan minimal 20 persen dari APBD, sesuai amanat undang-undang yang bahkan sudah diperjuangkan Kutim sejak 2008. Kini, kebijakan tersebut diterjemahkan dalam bentuk bantuan konkret: seragam gratis, buku gratis, hingga tas sekolah gratis.

"Kita berikan itu semua dengan asumsi orang tua tidak perlu lagi belanja baju atau tas. Logikanya, tidak ada lagi orang tua yang berpikir sekolah itu mahal. Kita hapus beban itu," tegas Ardiansyah.

Tak hanya sekolah negeri, Bupati yang berlatar belakang pendidik ini juga memikirkan nasib siswa di sekolah swasta. Menyadari daya tampung sekolah negeri yang terbatas, Pemkab Kutim memberikan insentif bagi guru-guru swasta.

"Kita berikan insentif guru swasta agar mereka semangat bekerja, namun sekolah tidak perlu membebankan biaya tinggi ke siswa. Jadi, beban operasional itu diambil alih pemerintah," jelasnya.

Penulis: Bonar
Editor: Awan

Berita Lainnya