Feature

rumah lansia rumah singgah fjdk feature 

Rumah Singgah FJDK, Rumah Para Lansia dan Orang Telantar di Samarinda



Randi dan beberapa lansia yang tinggal di Rumah Singgah FJDK
Randi dan beberapa lansia yang tinggal di Rumah Singgah FJDK

SELASAR.CO, Samarinda – “Ya Allah, miris mendengar perjalanan Kakek Ismail, dua tahun tidur di emperan pendopo Islamic Center, tanpa alas apapun hingga tiga hari yang lalu beliau terkena stroke. Alhamdulillah, kami dari LSM FJDK berhasil membawa beliau ke rumah singgah asuhan LSM FJDK. InsyaAllah kami akan merawat Kakek Ismail seperti orang tua kami sendiri,” tulis akun Aspar Fikry Seberataan di laman Facebooknya belum lama ini. 

Postingan itu pun mengundang reaksi warganet Kota Tepian dengan menuliskan rasa simpati di kolom komentar. Ada juga yang langsung berdatangan ke rumah singgah.

Unggahan itu mengundang Selasar untuk tahu lebih dalam mengenai rumah singgah asuhan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Forum Jalinan Persaudaraan Kalimantan (FJDK). Berbekal alamat yang didapat, sampailah Selasar di sebuah rumah kayu bercat merah muda di Jalan M Said, Gang 4, Karang Anyar Samarinda.

Rumah itu berukuran sedang, di ruang tamu tempat Selasar diterima terdapat dua kasur tanpa ranjang ukuran single bed. Tampak seorang pria paruh baya duduk sambil memijat telapak kakinya.

Di ruang tengah tampak anak kecil sedang bermain-main dengan sepedanya. Aroma masakan tercium dari dapur belakang, sepertinya lauk sarapan pagi ini sudah matang.

Randi Sri Astuti, 42 tahun, ketua rumah singgah menerangkan tentang berdirinya rumah singgah FJDK. Rumah singgah ini didirikan pada Otober 2018 yang bergerak di bidang sosial.

Kini, rumah singgah FJDK telah menampung lima lansia dan seorang balita telantar, dan delapan remaja asuh. Salah satunya Ismail, pria senja yang belum lama ini mereka jemput dari taman di seberang Masjid Islamic Center Samarinda.

“Kita dapat informasi awal tentang Kai Ismail ini dari postingan Facebook juga mas, kita langsung turunkan tim ke sana, alhamdulillah mau dibawa ke rumah ini,” cerita Randi.

Saat dibawa, Ismail mengalami stroke ringan. Kepada Randi, kakek yang mengaku berasal dari Barabai, Kalsel itu tidur di gazebo taman selama dua tahun. Untuk makan, ia dapat dari belas kasihan orang lain.

Selain Ismail, ada lansia lainnya yang lebih dulu dibawa ke rumah singgah ini. Seperti Sulaiman yang dibawa dari Jalan Nakhoda daerah pelabuhan, Samini yang sudah berbulan-bulan tinggal di rombong bekas jualan di Jalan Revolusi. Ada juga Wahab beserta anaknya yang masih balita dari Sangkulirang dan terlunta-lunta di Samarinda.

Randi menceritakan awal ia mendirikan rumah singgah FJDK. Ia mengaku mengidap penyakit vertigo dan maag akut sejak beberapa tahun lalu, sehingga sering kali keluar masuk rumah sakit saat penyakitnya kambuh.

Selama menjalani perawatan di rumah sakit, Randi sering bertemu orang yang kesulitan ekonomi dan perlu bantuan. Ia terpikir untuk membuat sebuah wadah yang bisa membantu sesama. “Karena saya merasakan bagaimana rasanya tidak punya uang. Saya pribadi alhamdulillah masih punya keluarga dan teman-teman yang bantu, tapi mereka tidak ada,” kata Randi.

Randi pun membuat sebuah grup di media sosial menggalang bantuan untuk orang-orang yang kesulitan. Karena menurut Randi, walaupun biaya pengobatan telah ditanggung BPJS, namun banyak warga yang kesulitan biaya lain saat berobat di rumah sakit. Terlebih pasien-pasien yang berasal dari luar Samarinda.

“Kan kalau ke rumah sakit itu orang juga butuh buat biaya makan dan pampers, segala macam. Itu yang kita bantu,” cerita Randi.

Berawal dari niat tersebut, akhirnya rumahnya dijadikan rumah singgah.  Seiring berjalan waktu bukan hanya pasien-pasien luar saja yang menjadikan rumahnya untuk berteduh, namun ia mulai membawa orang-orang telantar yang ada di Samarinda untuk tinggal bersamanya.

“Apalagi lansia-lansia ini, karena saya sudah tidak punya orang tua, sebisa mungkin menganggap beliau-beliau ini sebagai orang tua saya sendiri,” ujarnya.

Sebenarnya, rumah yang Randi jadikan untuk rumah singgah itu bukanlah rumahnya pribadi, melainkan rumah sewa yang dibayar per bulan oleh suaminya, Muhammad Fadli. Rumah itu baru dua bulan ditempati, setelah sebelumnya mereka mengontrak di Jalan Ulin, Kelurahan Karang Anyar, Sungai Kunjang.

"Orangnya kemarin tidak mau dibayar per bulan, jadi terpaksa kita cari kontrakan baru dan dapat di sini," kata Randi. Rumah itu memiliki dua kamar tidur, satu ruang keluarga, satu dapur, dan satu kamar mandi. Satu kamar tidur untuk Randi dan suami, dan satunya ditempati oleh Sulaiman. Sementara penghuni lainnya tidur di ruang tamu dan ruang keluarga.

Untuk biaya kebutuhan sehari-hari di rumah singgah, diperoleh swadaya dari patungan pengurus LSM dan sumbangan masyarakat. Biasanya pengurus rumah singgah juga melakukan penggalangan dana di media sosial, kadang juga turun langsung ke persimpangan lampu merah.

“Ya mudah-mudahan banyak orang yang bantu kita di sini, karena kita di sini semuanya swadaya bukan bantuan dari pemerintah,” pungkas Randi.

Untuk anda yang ingin ikut membantu Rumah Singgah FJDK, bisa berdonasi melalui transfer Rekening BRI 0082-01-01-5038-533 atas nama FORUM JALINAN PERSAUDARAAN KALIMANTAN, atau bisa langsung datang ke Jalan M Said, Gang 4, Blok E, Nomor 95, Samarinda.

 

 

Penulis: Fathur
Editor: Er Riyadi

Berita Lainnya