Feature
Spot Mancing di Tenggarong  Spot Mancing Tenggarong  Spot Mancing Sungai Tenggarong  Spot Mancing Udang Spot Mancing Udang di Tenggarong  Angler Tenggarong  pemancing 
Ini Salahsatu Spot Menarik, Surga Pemancing di Tenggarong
Dengan keindahan alam yang masih terjaga, sungai di Tenggarong, Kutai Kartanegara, menawarkan pengalaman memancing yang tak terlupakan.
JULIANSYAH INDRA SETIAWAN, Tenggarong
MATAHARI perlahan bergerak ke arah barat, menandakan waktu sore segera tiba. Di tengah cuaca cerah yang ditingkahi cuitan burung, nampak seorang pemancing dengan pakaian khas bertuliskan "angler".
Pria itu bernama Dedi Purnama Irawan, asli warga Tenggarong. Ia sedang menikmati sensasi tarikan udang yang memakan umpan jitunya. Bersamaan dengan reel yang dikayuhnya menggunakan tangan kiri, seekor udang berukuran cukup besar naik dari permukaan air tanpa perlawanan.
Berita Terkait
Dengan wajah yang semringah, Dedi memasukkan hewan dengan nama ilmiah Marcobrachium rosenbergii ini ke dalam kurungan. Hasil tangkapannya pun bertambah.
Spot yang menjadi andalan angler atau pemancing ini sangat mudah dijangkau. Sepanjang anak Sungai Mahakam di kawasan Kelurahan Melayu, Loa Ipuh, hingga Loa Ipuh Darat menjadi lokasinya.
Dedi tidak pelit membagi informasi umpan jitu yang ia gunakan. Ia menyebut cacing tanah, sebagai umpan utamanya. Hewan yang dikenal memiliki dua kelamin ini sangat mudah didapatkan di Tenggarong.
Sembari memancing, pria berusia 37 tahun ini memberikan informasi bahwa sepanjang sungai Tenggarong merupakan habitat bagi udang.
"Sepanjangan sungai ini ada udangnya. Cuma, kalau di kawasan pemukiman udangnya kecil-kecil. Kalau agak ke atas ke arah ulu lepas dari pemukiman, udangnya lumayan besar," ujar Dedi.
PERUBAHAN KONDISI SUNGAI TENGGARONG
Di tengah perbincangan yang panjang, Dedi membuka sedikit apa yang ada di dalam memorinya. Dua puluh tahun silam, katanya, penampakan kondisi sungai Tenggarong tidak seperti sekarang. Kala itu, air sungai terlihat jernih dengan warna agak kebiruan. Penglihatan satu meter kedalaman air masih terjangkau. Bahkan, ikan julung-julung dan ikan sumpit sangat mudah dijumpai.
Namun, seiring berjalannya waktu, beragam jenis hewan penghuni sungai Tenggarong hampir sulit ditemukan. Oknum-oknum warga yang mencari ikan dan udang menggunakan alat tangkap tidak ramah lingkungan, jadi salah satu penyebabnya. Penggunaan alat tangkap ikan seperti setrum dan racun, hampir melibas habis penghuni di perairan Sungai Tenggarong ini.
Air jernih yang berubah menjadi agak kecoklatan juga dianggap menjadi faktor penyebab terganggunya makhluk penghuni sungai ini.
UPAYA KONSERVASI DAN MANFAAT EKONOMI
Beberapa tahun belakangan, berbagai upaya konservasi telah dilakukan warga Tenggarong yang tergabung dalam kelompok masyarakat pengawas (pokmaswas). Dedi Purnama Irawan, merupakan salah satu anggotanya. Sikap kepedulian para kelompok itu pun tidak menjadi sia-sia. Gotong royong yang dilakukan secara rutin setiap minggu membawa perubahan yang lebih baik terhadap lingkungan sungai.
Sekian belas tahun lamanya, udang yang menjadi penghuni sungai Tenggarong ini populasinya makin banyak dan tumbuh berkembang. Begitu juga dengan ikan-ikannya. Sungai yang menjadi surganya para angler sejak puluhan tahun lalu, kini kembali bersinar.
"Sungai ini jadi "tegak" (bahasa Kutai) dulu lagi, jadi surganya para angler," ujar Dedi dengan penuh keyakinan.
MASA DEPAN YANG CERAH
Lingkungan sungai yang sehat, diyakininya memberikan dampak positif. Terlebih, memancing udang sangat diminati lantaran memberikan sensasi yang berbeda.
Sungai Jembayan, Loa Kulu, menjadi contoh yang memberikan dampak positif bernilai ekonomis bagi warga setempat. Populasi udang yang melimpah, dimanfaatkan warga untuk menawarkan jasa penyewaan perahu bagi para angler. Harga sewa perahu juga beragam. Dimulai dari Rp50.000 hingga Rp100.000, tergantung ukuran perahunya.
Sama halnya sungai di Tenggarong, masyarakat yang berada di bantaran sungai dapat melakukan hal serupa untuk menambah penghasilan. Ini adalah langkah awal menuju masa depan yang cerah bagi masyarakat Tenggarong.
"Jika dalam satu hari ada satu perahu disewa, terus dikali satu bulan, kan lumayan hasilnya," ucap Dedi.
Tak terasa, matahari mulai terbenam. Dedi pun bergegas menyudahi aktivitasnya. Satu demi satu pirantinya mulai ia masukkan dengan rapi ke dalam tas. Udang yang didapatkannya pun akan menjadi santapan lezat makan malamnya.
Editor: Awan