Feature

Dua Terminal Terbengkalai viral 

Habiskan Puluhan Miliar, Dua Terminal Samarinda Terbengkalai Belasan Tahun



Terminal di Kelurahan Bukit Pinang
Terminal di Kelurahan Bukit Pinang

Putih-putih bunga ilalang beterbangan. Menari bersama angin pagi, pada awal musim hujan bulan November. Di balik kecantikan itu, tampak kusut aset milik Pemkot Samarinda yang bernilai puluhan miliar. Bangunan tersebut terbengkalai sejak lebih dari satu dasawarsa lalu.

SELASAR.CO, Samarinda – Seorang perempuan berumur 30-an bernama Sri Jumiati dan pria paruh baya bernama Arsyad, setiap hari menjaga bangunan berdebu itu. Arsyad bahkan kerap begadang di pos depan, ditemani televisi berukuran 14 inci. Sedang Sri hanya datang siang hari. Dia berjaga mulai jam 8 pagi sampai pukul 2 siang.

Ketika Selasar mendatanginya, Sri tengah asyik dengan gawai di tangannya. Wanita berkerudung hitam dengan seragam Dinas Perhubungan itu duduk di lorong. Di atas bangku jati, satu-satunya inventaris kantor yang tersisa. Sri sudah bekerja di gedung itu sejak tahun 2012. “Tugasnya bersih-bersih, standby, paling bersihkan rumput, buang sampah, gitu saja,” ungkap Sri kepada Selasar.

Terminal Barang Samarinda, dibangun sejak 2003 di atas lahan seluas 10 hektare di Jalan HM Rifaddin, Loa Janan Ilir. Lokasinya di depan gerbang Stadion Utama Palaran yang tak kalah muram. Menghabiskan dana sebanyak Rp 30 miliar, terminal itu memiliki tujuh bangunan. Mulai dari pos, kantor, gudang, gedung penginapan, hingga jembatan timbang.
Atap-atap bangunan jebol, penuh debu, bahkan tidak ada toilet yang bisa digunakan lagi, termasuk di gedung tempat Sri berjaga. Padahal, terminal yang berada di pintu masuk Kota Tepian itu diharapkan bisa membatasi kendaraan barang agar tidak kelebihan muatan.

Sri Mujiati, berjaga setiap hari di Kantor Terminal Barang Samarinda

Kondisi yang sama juga terjadi pada aset milik Dishub Samarinda di Kelurahan Bukit Pinang, Kecamatan Samarinda Ulu. Terminal yang rampung dibangun pada tahun 2004 dengan biaya Rp 10,7 miliar itu hanya menjadi monumen sunyi.
Bangunan dengan atap berwarna biru itu dipenuhi rumput yang merambat ke dinding. Di sana ada 5 bangunan yang terdiri dari pos, kantor, terminal, petak-petak untuk berjualan, hingga musala.
Di bagian belakang terminal, lahan yang tersisa di terminal itu ditanami ubi kayu, pepaya, hingga kebun bunga mawar, entah oleh siapa.

Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Dishub Samarinda, Romiansyah ditemui di ruang kerjanya mengungkapkan, mengapa terminal barang yang berada di depan pintu masuk Stadion Utama Kaltim itu tidak dapat difungsikan.
Pertama, karena desain pintu keluar masuk ke terminal yang tidak memungkinkan dilewati oleh truk-truk besar. “Kalau kita paksakan dengan sudut tikungan yang hampir 45 derajat itu, pasti (kendaraan yang masuk) akan nyangkut,” jelas pria yang akrab disapa Romi ini.

Kemudian, posisi terminal ini juga tepat di atas tanjakan. Hal itu membuat jarak pandang menjadi terbatas, mengakibatkan rawan kecelakaan.

Kedua hal itu menjadi pertimbangan tidak difungsikannya terminal barang sampai saat ini.

Namun, dia mengungkapkan, sudah ada beberapa OPD yang berkomunikasi dengan pihaknya untuk mengambil alih aset tersebut. Yang terbaru adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Samarinda.

“Terakhir kami rapat di Balai Kota itu ada permohonan dari BPBD untuk dijadikan sebagai Pos Pemadam,” kata Romi.
Namun, belum terealisasi, karena masih menunggu proposal dari BPBD.

Disinggung mengenai nasib Terminal Bukit Pinang, Romi enggan berkomentar. Namun dia menegaskan, setiap aset dijaga oleh staf Dishub. “Di setiap terminal ada, bukan hanya di terminal kargo di Samarinda Seberang saja, di sub-sub terminal kita ada semua (petugas jaga),” pungkas Romi.

 

 

Penulis: Fathur
Editor: Awan

Berita Lainnya