Ragam
tol balsam dprd kaltim 
Jawa Barat Dipilih Komisi III DPRD Kaltim Untuk Percontohan Pembangunan Tol
SELASAR.CO, Samarinda - Hingga saat ini tercatat beberapa kali proyek pembangunan jalan tol Balikpapan-Samarinda (Balsam) lepas dari target. Hal ini pun turut disayangkan, karena bila beroperasi dapat memberikan dampak positif dalam mendongkrak prekonomian di Kaltim.
Agar tak hanya mengejar target waktu namun juga mampu menjaga kualitas, maka dinilai penting bagi Komisi III DPRD Kaltim yang memiliki fungsi pengawasan untuk melakukan sharing ke daerah yang telah dan sedang membangun tol.
Provinsi Jawa Barat yang saat ini sedang melakukan proses pembangunan jalan tol Trans Jawa, yang merupakan salah satu proyek strategis pemerintah pusat yakni Tol Cisumdawu yang nantinya menghubungkan daerah Cileunyi - Sumedang - Dawuan atau Jalan Tol Padaleunyi.
Hasanuddin Mas'ud, Ketua Komisi III DPRD Kaltim mengatakan penting untuk mengetahui bagaimana Pemprov Jabar dalam mengatasi persoalan pembebasan lahan hingga tantangan alam.
Berita Terkait
Menurutnya, kedua hal tersebut dinilai menjadi persoalan utama yang dialami dalam proses pembangunan Tol Balikpapan - Samarinda.
"Setiap pembangunan pasti ada kendala, dan setiap daerah tentu memiliki caranya masing-masing. Kita mau lihat cara terbaik dalam menghadapi persoalan-persoalan dimaksud," ujarnya di sela-sela pertemuan Kamis,(14/11/2019).
Keberadaan tol sendiri, lanjut Hasanuddin bertujuan untuk mengatasi persoalan kemacetan yang merupakan masalah bagi kota-kota besar. Padahal, Kaltim digadang-gadang menjadi Ibu Kota Negara (IKN).
Ia mencontohkan, seperti pembebasan lahan di Kaltim selalu menjadi persoalan khususnya pada pembangunan proyek pembangunan yang dilakukan pemerintah berkaitan dengan sarana dan prasarana publik.
"Melakukan identifikasi masalah tol di Kaltim dan Cisumdawu untuk kemudian sharing, untuk menemukan solusi demi selesainya waktu pembangunan tol agar sesuai dengan target yang diharapkan," tutur Mas'ud didampingi Baba, Andi Harahap, Syarkowi V Zahra, Ananda Emira Moes, Ekti Emanuel, Harun Al Rasyid, Mimi Meriami Br Pane, Agus Aras, Seno Aji, Saefuddin Zuhri, dan Edy Sunardi.
Kepala Satuan Kerja Pembangunan Tol Cisumdawu Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR, Yusrizal Kurniawan, Tol Cisumdawu sepanjang 61 kilometer dan terbagi atas enam seksi, yaitu seksi I sepanjang 11,45 kilometer dari Cileunyi–Ranca Kalong, Seksi II sepanjang 17,05 kilometer dari Ranca Kalong-Sumedang, Seksi III sepanjang 4,05 kilometer dari Sumedang-Cimalaka, Seksi IV sepanjang 8,20 kilometer dari Cimalaka-Legok, Seksi V sepanjang 14,90 kilometer dari Legok–Ujungjaya, dan Seksi VI sepanjang 6,065 kilometer.
Ia mengakui ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam proses pembangunan di kawasan itu, merupakan area lembah dan bukit. Adapun progres pelaksanaan total mencapai 60 persen terdiri dari progres pada fase II sebesar 76 persen, fase III sebesar 56 persen dengan target selesai di Tahun 2020.
Pembebasan lahan di seluruh ruas jalan dengan biaya dari talangan Badan Usaha Jalan Tol (BUJT), anggaran dari Kementerian Keuangan. Pembebasan lahan sudah berjalan dan konstruksi mengikuti. Kendala memang ada beberapa warga yang menolak sehingga sampai masuk ke persidangan, yang mana waktunya cukup panjang karena bersamaan dengan waktu tahun politik sehingga khawatir kondisi tidak kondusif.
"Prinsipnya yang sudah dibebaskan lahan langsung dibangun. Eksekusi lahan oleh pengadilan menunggu situasi kondusif, beberapa waktu lalu mau dilakukan eksekusi akan tetapi dikarenakan ada pertandingan bola sehingga terpaksa ditunda kembali, dan di Desa Cieheran memang ada penolakan," jelasnya.
Diakuinya, banyak warga yang tidak memiliki surat hak kepemilikan yang meminta ganti rugi, bahkan ada yang membangun patung, bangunan, hingga tanaman yang nantinya diminta pergantian. Untuk itu pihaknya bekerjasama dengan pihak Kepolisian dan TNI untuk menengahi selama proses penyelesaian.
"Perang data saja mana yang benar nanti pengadilan yang menentukan, tentu dilakukan penyelesaian dengan pola pendekatan persuasif terlebih dahulu," sebutnya.
Sementara itu Yuanita Kiki, PPK Fase II Tol Cisumdawu menuturkan Agustus 2016 sudah mulai dikerjakan. Meminta perpanjangan waktu penyelesaian dengan mempertimbangkan lintasan yang krusial.
"Akses Rancakalong yang secara struktur sudah selesai hanya tinggal penyelesaiannya. Ada pelebaran jalan nasional yang bertemu dengan jalan Tol Cisumdawu. Contoh pekerjaan yang dilakukan galian setinggi 70 meter lebih," tuturnya.
Sedangkan, untuk Fase III total panjang 10,5 kilometer, tantangan cukup kompleks harus dihadapi pihaknya. Karena akses utama Bandung - Garut dan lahan banyak yang belum dibebaskan. Langkah yang dilakukan selain dalam proses pengadilan juga melakukan pendekatan ke pedagang dan pengurus pasar tradisional, bengkel tambal ban dan pabrik di Cileunyi yang lahannya masuk kawasan Tol sehingga pengerjaan tetap berjalan.
Tantangan lain karena dalam proses pembangunan sehingga terjadi becek dan bising karena beberapa wilayah yang dekat pemukiman masyarakat. Untuk itu dilakukan penyampaian dalam rangka memberikan pemahaman.
Penulis: Redaksi Selasar