Ragam
jembatan mahakam 
Jembatan Mahakam Tertabrak, Pelindo Hanya Memandu Kapal yang Membayar
SELASAR.CO, Samarinda - Ketua Komisi III DPRD Kaltim, Hasanuddin Mas'ud belum lama ini mengungkapkan bahwa ada biaya yang harus dikeluarkan pemilik kapal untuk dapat melewati kolong jembatan. Informasi ini diperolehnya seusai DPRD Kaltim melakukan pertemuan dengan instansi terkait untuk membahas tertabraknya jembatan Mahakam.
Hasan mengungkapkan, setiap kali kapal tugboat penarik ponton batu bara melewati jembatan, maka perusahaan dikenakan biaya Rp 1,8 juta untuk biaya pemanduan dari Pelindo.
“Informasi yang kami dapat, setiap kolong jembatan ada biaya yang dikeluarkan pengguna jasa. Satu kali kolong bisa sampai Rp 1,8 juta. Itu ternyata dibayar,” bebernya.
Sementara dari informasi yang dihimpun oleh SELASAR, biaya tersebut disetorkan sebagai pendapatan Pelindo yang akan diserahkan kembali ke negara berupa deviden (pembagian laba pemilik saham).
Berita Terkait
Dikonfirmasi terkait hal ini, Alwi Tunru, Pts General Manager Pelindo IV Cabang Samarinda menjelaskan, pihaknya telah melakukan penjadwalan pemanduan bagi kapal yang hendak mengolongi jembatan. Untuk yang berada di luar jadwal tidak akan dilayani oleh pihak Pelindo.
"Kami sebenarnya sudah menjadwalkan kapal yang turun maupun naik. Di luar dari jadwal tersebut kami tidak melakukan pemanduan karena air pasang surut," kata Alwi Tunru.
Terkait permintaan Komisi III DPRD Kaltim, soal Pelindo wajib memandu kapal baik yang telah mengantongi izin pemanduan maupun tidak, PT Pelindo menyatakan tidak bisa berbuat banyak. Sebab pihaknya hanya dapat melakukan pemanduan kepada kapal yang telah terdaftar secara online di aplikasi Pelindo.
"Kami di PT Pelindo sudah bekerja berdasarkan aplikasi, jadi tidak ada yang bermain-main tatap muka dari agen ke Pelindo. Kami hanya melayani permohonan pengolongan yang tertera di aplikasi. Bila tidak ada di aplikasi, kami tidak bisa melayani karena semua sudah tercatat di sistem," imbuhnya.
Untuk saat ini , Pelindo sendiri hanya memiliki delapan unit kapal pemandu yang disebarkan di seluruh perairan di Sungai Mahakam. Namun kondisi itu dinilai masih sangat kurang. Bahkan kapal yang ada juga kapasitasnya masih belum mumpuni. Sehingga dibutuhkan kapal lebih kuat yaitu jenis Schotel.
“Intinya kami bekerja semua dengan aplikasi. Jadi tidak ada lagi yang “bermain”. Kami melihat saat ini ada 25 kapal per hari yang lewat dan kami pandu. Sehingga dibutuhkan kapal yang lebih mumpuni untuk itu,” pungkasnya.
Penulis: Yoghy Irfan
Editor: Awan