Utama

smp-38-samarinda 

Polemik Pembebasan Lahan Berlanjut, SMP 38 Belum Teraliri Listrik dan Air



Siswa-siswa SMP 38 pulang sekolah melewati jalan alternatif
Siswa-siswa SMP 38 pulang sekolah melewati jalan alternatif

SELASAR.CO, Samarinda – Siswa-siswi SMP 38 Lok Bahu terpaksa kembali melewati jalan setapak yang berundak dan licin. Akses masuk menuju sekolah mereka kembali diportal oleh pemilik lahan, pada Minggu (8/12/2019) kemarin.

Padahal, polemik pembebasan lahan sempat mereda setelah Wakil Wali Kota Samarinda M Barkati menemui langsung pemilik lahan, Syarifuddin Haidir. Portal jalan pun dibuka setelah pertemuan itu pada Rabu (20/11/2019) lalu, dengan target pembayaran selesai pada awal Desember.

Alih-alih sudah menerima pembayaran, Haidir kecewa karena proses administrasi dianggap berbelit dan tidak kunjung selesai hingga batas waktu yang dijanjikan. “Ini seolah-olah dipersulit. Meminta surat kuasa, padahal surat itu sudah terlampir," kata Haidir belum lama ini.

Dimintai tanggapannya, Sekretaris Kota (Sekkot) Samarinda, Sugeng Chairuddin mengaku sudah mendapat laporan dari dinas terkait. Diketahui, di bidang tanah yang akan dibebaskan oleh Pemkot Samarinda, terdapat dua pemilik tanah.

“Sertifikat lahan itu dimiliki dua orang. Jadi kaya apa kami mau melunasi,” kata Sugeng.

Dia menuturkan, Pemkot Samarinda tidak ingin mengambil risiko jika pembayaran dilakukan tanpa prosedur yang benar. Sehingga, Sugeng pun meminta Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Samarinda untuk segera mengurus keabsahan lahan tersebut.

“Kami tak ingin menyalahi aturan, makanya harus dipertegas dulu siapa yang berwenang di lahan itu,” tegas Sugeng.

Imbas dari polemik pembebasan lahan tersebut, kini 412 siswa-siswi SMP 38 harus melewati jalan alternatif di belakang sekolah. Kondisinya berundak dan licin ketika hujan turun.

“Ya, mau tidak mau, kita lewat jalan belakang itu,” kata Agus, Wakil Kepala SMP 38, Selasa (10/12/2019).

Selain itu, lanjut Agus, molornya pembebasan lahan akses jalan SMP 38 berimbas pada pembangunan sarana penunjang lain seperti listrik dan air. Padahal, PLN dan PDAM sudah beberapa kali menemui pihaknya untuk memenuhi kebutuhan sekolah tersebut.

“Lantaran belum dapat dipastikan masalah pembebasan lahan, keduanya belum bisa memberikan fasilitas tersebut,” ujar Agus.

Diketahui, gedung SMP 38 yang diresmikan pada tahun ajaran 2019/2020 ini masih menggunakan mesin genset dengan daya 4.500 watt guna memenuhi kebutuhan listrik. Setiap harinya sekolah masih merogoh kocek sebesar Rp 100 ribu untuk membeli bahan bakar.

Sementara untuk air, sekolah menggunakan air yang ada dari bekas galian tambang untuk mengisi bak kamar mandi sekaligus tandon berukuran 2.000 liter. Kolam bekas tambang tersebut berjarak 300 meter dari sekolah. "Kalau air kami nyedot dari kolam tambang," tutup Agus.

 

Penulis: Fathur
Editor: Awan

Berita Lainnya