Ekobis

Irwan Legislative Club Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kaltim Tutuk SH Cahyono Syafruddin Pernyata 

Pariwisata Bisa Jadi Sumber Baru Pertumbuhan Ekonomi Kaltim



Irwan Legislative Club (ILC) pekan lalu yang membahas soal “Politik dan Ekonomi Kita Hari Ini dan Nanti”
Irwan Legislative Club (ILC) pekan lalu yang membahas soal “Politik dan Ekonomi Kita Hari Ini dan Nanti”

SELASAR.CO, Samarinda – Pada gelaran Irwan Legislative Club (ILC) pekan lalu yang membahas soal “Politik dan Ekonomi Kita Hari Ini dan Nanti”, seluruh panelis sepakat agar Kaltim tidak bertopang pada industri ekstraksi terutama tambang batu bara, minyak dan gas bumi (migas).

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kaltim, Tutuk SH Cahyono mengatakan, sektor pertambangan masih menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi di Bumi Etam sebanyak 46 persen. Namun keadaan itu tidak baik bagi Kaltim ke depan ketika sumber daya fosil habis karena terus menerus dikeruk. Oleh karenanya, sudah semestinya Kaltim mencari pendapatan baru dari sektor industri lain.

“Potensi (sebagai sektor pengganti) pariwisata Kaltim itu tinggi,” ujar Tutuk.

Kaltim memiliki potensi besar untuk menggaet wisatawan lokal maupun asing. Sebut saja wisata bahari di Kepulauan Derawan, Kabupaten Berau, Danau Semayang, Pegunungan Karst dan masih banyak lagi.

“Sektor pariwisata memang menjadi jalan keluar tercepat bila hendak lepas dari ketergantungan migas, tapi objeknya harus dibenahi mulai dari infrastruktur penunjang seperti jalan,” jelas Tutuk.

Mengamini pernyataan Tutuk, Slamet Brotosiswoyo, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Kaltim mengatakan, sektor pariwisata Kaltim memiliki potensi untuk mendatangkan investor. Namun kendala besar saat ini yang dihadapi adalah masalah konektivitas dan infrastruktur penunjang.

“Kaltim ini untuk biaya distribusinya masih di atas 20% dari biaya produksi, ini yang memberatkan,” ujarnya.

Itu sebab sisi infrastruktur harus ditingkatkan. Sektor pariwisata ini memang investasi jangka panjang, punya efek berganda yang signifikan sebab hotel dan restoran juga bisa bertumbuh karenanya. “Harus fokus memang, tapi semua butuh proses,” imbuhnya.

Syafruddin Pernyata, Budayawan dan Penggiat Pariwisata Kaltim menceritakan pengalamannya selama menjabat sebagai kepala dinas pariwisata Kaltim. Saat APBD Kaltim masih Rp 10 triliun, kue anggaran kepada dinasnya hanya Rp 4 miliar. Nilai yang jauh dari kata cukup untuk meningkatkan kepariwisataan di Kaltim.

Padahal, Kaltim menurut Syafruddin, adalah serpihan dari potongan surga yang kaya memiliki daya tarik. Mulai dari kekayaan sejarah, budaya, alam, dan buatan.

“Kaltim memiliki keunikan yang tidak dimiliki daerah lain, Ali Sadikin pernah membujuk pemerintah Kutai memindahkan pesut ke Ancol untuk dikembangbiakkan, namun tidak berhasil dan sekarang hanya ada di Pelak,” sebutnya.

Lebih lanjut dia mendorong agar pemerintah seharusnya membangun Kaltim berbasis pariwisata bukan lagi berbasis fosil. Sehingga saat sektor batubara dan migas tidak lagi bisa digali, Kaltim telah memiliki penghasilan dari sektor lain. “Karena pariwisata tidak bersinggungan dengan lingkungan,” pungkasnya.

Penulis: Fathur
Editor: Awan

Berita Lainnya