Kolom

 

Kisah Heroik Pemimpin Berperang Melawan Corona di Daerahnya



Awan, Pemimpin redaksi Selasar.co
Awan, Pemimpin redaksi Selasar.co

Kisah Heroik Pemimpin Berperang Melawan Corona di Daerahnya

Oleh: Awan*

PERHATIAN: Tulisan ini berdasarkan kisah nyata, dengan sedikit dramatisasi, dan analisis ala-ala. Selamat membaca!

Kabar itu bikin ambyar bulan madu Scott Maggs dan Emma Metcalf di Maldives. Dua orang yang hadir di pernikahan mereka, terinfeksi virus corona. Pasangan yang menikah pada 6 Maret 2020 itu pun segera mudik ke Australia. Mereka menghubungi orang-orang yang datang ke pesta pernikahan di tepi pantai kawasan Stanwell Tops. Setelah dites, 37 dari 120 orang hadirin positif terinfeksi corona.

Siang ini, media sosial di kota Antah Berantah heboh oleh surat terbuka yang dibuat seorang ketua paguyuban dokter, sebut saja namanya dr Natan. Surat ditujukan kepada wali kota. Ia meminta pembatasan undangan atau bahkan penundaan resepsi pernikahan putri wakil wali kota (wawali). Acara rencana digelar di satu gedung kurang penting yang dibangun pemerintah di kompleks stadion, Minggu (22/3/2020).

Ya, pak wawali akan mengadakan pesta pernikahan sang putri, di tengah gencarnya serangan corona. Ini kabar yang buat sebagian orang terasa ada fucek-fuceknya. Terutama bagi bocah-bocah pelanggan tetap warnet dan game center. Bagaimana tidak fucek. Belum sepekan wali kota mengumumkan libur sekolah selama dua minggu, juga anjuran work from home bagi para pegawai. Baru hitungan hari juga, wali kota melontarkan surat edaran yang meminta semua jenis tempat hiburan ditutup.

Demi apa itu semua? Demi menghambat sebaran virus corona. Tenaga dan fasilitas kesehatan kita, kata dr Natan, tidak akan mampu mengatasi ledakan pasien positif corona. Untuk itu, pertumbuhan kasus baru harus diredam agar tidak meledak.

Pemimpin kota Antah Berantah pun tidak main-main mengawal aturan. Pada Rabu 18 Maret 2020, puluhan bocah diciduk dari warnet dan game center. Mereka didata lalu dibina agar menaati aturan libur sekolah selama 14 hari untuk pencegahan corona. Mereka harus belajar di rumah. Khan maen para pemimpin kita.

Eh tapi, Minggu ini pak wawali justru mau bikin acara yang konon sebaran undangannya sampai puluhan ribu. Plus kupon doorprize melengkapi undangan tersebut. Salah satu hadiahnya sepeda motor. Ruangan yang disewa pun tak cukup satu. Tapi dua. Satu di convention hall khusus tamu VIP, jumlahnya seribuan undangan. Satu ruangan lagi di plenary hall untuk rakyat jelata seperti kamu, iya kamu, yang mungkin memberanikan diri hadir karena tergiur kupon berhadiah tadi.

Tapi, jangan buru-buru berburuk sangka. Ada dua kemungkinan yang bisa terjadi dari peristiwa itu.

Pertama. Anda bisa bayangkan bagaimana lalu-lalang virus di antara ribuan orang itu? Misalkan ada 1 saja manusia yang baru bepergian dari Jakarta atau tempat-tempat yang sudah terpapar virus corona. Ia pernah melakukan kontak dengan pasien positif corona. Tapi karena rajin mengonsumsi beras kencur, kunyit, dan rajin mengunjungi klinik tong kang, daya tahan tubuhnya bagus. Ia tidak menunjukkan gejala sakit apapun. Ia hadir di acara pernikahan putri pak wawali.

Ramah-tamah, haha-hihi, sesekali berdeham sambil menutup mulutnya. Air liur – beserta ikutan-ikutannya, termasuk virus corona – terpercik ke tangan. Dia memegang piring, gelas, taplak meja, bersenggolan atau bahkan berjabat tangan dengan seseorang.

Virus pun beranjangsana dari satu medium ke medium lain. Sampai akhirnya ke tanganmu, iya kamu. Kamu pun pulang bukan membawa doorprize, melainkan menggenggam dunia. Maksudnya, menggenggam virus yang sedang mendunia. Lalu menyebarkannya ke seluruh dunia. Duniamu. Bapak-mamakmu. Kakak-adikmu. Teman-temanmu. Hingga gadis idamanmu yang sebentar lagi menikah dengan pria lain.

Dari awalnya jumlah pasien positif corona tercatat hanya satu di Samarin…eh Antah Berantah ini, seminggu kemudian mungkin melompat. Lalu melonjak-lonjak. Kemudian meledak. Para dokter dan perawat pun kewalahan. Masyarakat panik.

Sang pemimpin tentu tidak berpangku tangan. Majulah para pemimpin idola, wali kota dan wakilnya itu. “Jangan panik, bersama kita bisa melawan corona! Lanjutkan!”

Tapi jangan khawatir. Ada kemungkinan kedua. Pernahkah Anda mendengar istilah, kebanyakan penyakit berawal dari pikiran? Jika kita berani, virus bisa menjadi takut kepada kita. Resepsi akbar itu akan membuktikan siapa lebih kuat dan pemberani. Jika setelah resepsi ternyata banyak yang tertular corona, maka itulah takdir. Tapi kemungkinan lainnya adalah: Jika setelah resepsi ternyata semua baik-baik saja, pemimpin kita yang heroik itu telah membuktikan kepada dunia bahwa corona tidak perlu ditakuti.

Seperti halnya dalam paragraf terakhir surat balasan sohibul hajat alias pak wawali kepada ketua paguyuban para dokter itu. “Saya bertawakal dan menyerahkan semua kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa, yang memberikan sakit, sehat, musibah, dan wabah. Begitu juga hanya Allah SWT yang bisa menghilangkannya. Oleh karena itu, mari kita semua berdoa, dengan harapan semoga Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa, memberikan perlindungannya kepada kita semua dan menghilangkan segala wabah penyakit yang ada dari diri kita, keluarga, masyarakat dan negeri kita yang tercinta. Amin Allahuma Amin, Ya Rabbal Alamin.”

Bersama pemimpin relijies dan pemberani, tidak ada yang perlu kita takuti!

 

*) Penulis adalah pemimpin redaksi selasar.co

Berita Lainnya