Kutai Timur

Imunisasi  pandemi Covid-19 KLB Dinkes Kutim 

Cakupan Imunisasi yang Turun di Tengah Pandemi Berpotensi Timbulkan KLB



Kepala Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kutim, Muhammad Yusuf
Kepala Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kutim, Muhammad Yusuf

SELASAR.CO, Sangatta – Pandemi Covid-19 berpotensi menurunkan cakupan imunisasi bagi anak-anak Indonesia, termasuk di Kabupaten Kutai Timur. Jika tidak segera diantisipasi, rendahnya cakupan imunisasi dikhawatirkan bisa menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) seperti wabah campak, difteri, dan tuberkulosis yang lebih besar pada masa mendatang, di luar Covid-19. Padahal, penyakit tersebut bisa dicegah dengan vaksinasi.

Menurut Kepala Bidang Pencegahan, Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kutim M Yusuf, jika capaian imunisasi sangat rendah, dikhawatirkan akan berdampak terhadap Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi atau PD3I. Seperti hepatitis B, pertusis, difteri, haemophilus influenzae tipe B, campak, dan tetanus.

“Nah ini nanti akan berpeluang menjadi KLB seperti dulu ada difteri, karena apa? Target yang ingin kita capai, seperti di tahun 2020 sebesar 71 persen, untuk imunisasi dasar lengkap. Jika ini tidak tercapai, maka akan berpengaruh pada penyakit PD3I ini,” jelasnya.

Untuk itu, dampak Covid-19 bisa dipastikan akan berpengaruh terhadap penyakit-penyakit lain. Karena masyarakat cukup sulit dikumpulkan di tengah pandemi. “Hampir semua program bermasalah karena kita lebih prioritaskan ke Covid-19. Lebih baik kita mengamankan nyawa orang lain dulu, dari pada program yang lain,” ungkapnya.

Selain itu, Yusuf juga mengakui jika target imunisasi lengkap dasar di Kabupaten Kutai Timur capaiannya masih terbilang bagus. Namun yang masih terbilang rendah adalah imunisasi dikisaran umur 11 bulan keatas (Batuta) atau di bawah 3 tahun .

“Minimal itu per desa, standard imunisasinya 80 persen kita masuk. Cuma tetap seluruh Indonesia dampaknya imunisasi turun karena adanya Covid-19 ini. Tapi kita berharap KLB tidak terjadi, misalnya seperti campak dan difteri,” kata Yusuf.

Sementara terkait anggaran imunisasi, menurut dia, sebenarnya sangat mencukupi. Meskipun sebelumnya sempat terseok-seok akibat wabah virus corona. “Namun, pada dasarnya masyarakat sendiri juga tidak berani untuk diimunisasi. Keluar rumah saja takut, ini kan sensitif, anak-anak sangat berisiko. Jadi takut diimunisasi. Selain itu petugasnya juga takut. Inilah dampaknya, dan persoalan ini seluruh Indonesia,” terangnya.

Lebih lanjut, Yusuf mengaku sejak adanya surat edaran dari Menteri Kesehatan, kegiatan imunisasi di tengah pandemi harus dilaksanakan.

“Contoh di Kota Balikpapan, imunisasinya tidak di posyandu dan memang sudah lama. Selama ini Kutai Timur pelaksanaan imunisasi di posyandu. Nah kalau di posyandu orang bisa berkumpul dan itu sangat berisiko. Tapi kalau datang langsung ke puskemas tanpa diberitahukan kapan waktunya, maka bisa mencegah kerumunan. Begitu datang langsung diimunisasi dan bisa langsung pulang,” tutupnya.

Penulis: Bonar
Editor: Awan

Berita Lainnya