Ragam

Produk Domestik Bruto Bank Indonesia Bank Indonesia Cabang Kaltim Kawasan Industri Baru 

Momentum Kutim untuk Membangun Industri Hilirisasi Batu Bara



Kepala BI Cabang Provinsi Kaltim, Tutuk S. H Cahyono.
Kepala BI Cabang Provinsi Kaltim, Tutuk S. H Cahyono.

SELASAR.CO, Samarinda - Sektor pertambangan saat ini menjadi penyumbang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tertinggi di Kaltim. Meski begitu, penyerapan tenaga kerja untuk sektor ini masih terbilang rendah dibandingkan sektor lain seperti pertanian dan perdagangan.

Industri hilirisasi disebut menjadi cara untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja dalam sektor itu. Hal tersebut dikatakan Kepala BI Cabang Provinsi Kaltim Tutuk SH Cahyono, saat melakukan rilis terkait kondisi ekonomi di Kaltim.

“Itulah yang kemudian akan mendiversifikasi (penganekaan usaha), meningkatkan tingkat pendidikan pekerja, dan juga membantu mendorong semakin banyak ekonomi akan bergerak,” ujar Tutuk.

Kaltim, utamanya Kabupaten Kutai Timur (Kutim) ia sebut memiliki momentum yang bagus dalam memulai industri hilirisasi ini.

"Saat ini kita sudah berhasil untuk mendatangkan investor yang mau mengelola batu bara menjadi sesuatu yang bernilai tambah, yaitu batu bara ke metanol," katanya.

"Jika rencana hilirisasi batu bara ke metanol ini bisa berjalan dengan baik, kemudian iklim investasi bisa diperbaiki dengan UU Cipatakerja, itu akan mendorong industri-industri turunan bernilai tambah tinggi lainnya bisa datang," tambah Tutuk.

Seperti diketahui, PT Bakrie Capital Indonesia (BCI), PT Ithaca Resources, dan Air Products, menjalin aliansi strategis dan membentuk konsorsium dalam hilirisasi batu bara. Konsorsium tersebut akan membangun industri metanol senilai USD 2 miliar lebih atau sekitar Rp30 Triliun di Batubara Industrial Chemical Park di Bengalon, Kutai Timur. Kapasitas produksi industri metanol yang akan dibangun di Kutim sebesar 1,8 juta ton per tahun.

Kebutuhan metanol untuk Indonesia saat ini cukup besar, diperkirakan sebesar 1,2 juta ton per tahun dan hanya dipenuhi dari 1 produsen metanol dengan kapasitas 660 ribu ton per tahun.

Selama ini Kaltim sudah terkenal dengan industri berbasis minyak dan gasnya. Tutuk mengatakan hal ini karena saat pertama kali ditemukannya sumber minyak, Kaltim berhasil membuat pengolahannya dilakukan juga di Kaltim.

"Maka datanglah banyak perusahaan-perusahaan minyak paling utama Pertamina, lalu perusahaan asing untuk datang ke sini. Dari minyak itu dihasilkan B30, Biodiesel, Biofuel dan sebagainya. Kemudian dari gas itu ada menjadi pupuk, karena itu muncul Pupuk Kaltim," jelasnya.

Maka jika iklim investasinya bisa terus dibangun dengan kondusif dan menarik bagi investor baik dalam dan luar negeri, maka dengan sendirinya muncul Bontang dan Balikpapan baru yang terkenal dengan kawasan industri gas dan minyaknya.

"Jadi harus berlomba-lomba pemerintah daerah, masyarakat, Kadin, dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif," pungkasnya.

Penulis: Yoghy Irfan
Editor: Awan

Berita Lainnya