Utama

Jalan rusak Jalan rusak di tanah datar Tanah datar Jalan Poros Samarinda-Bontang Dampak tambang batu bara Truk Pengangkut Batu Bara Tambang batu bara 

Tanah Datar, Jalan Dirusak Swasta Diperbaiki Negara (1): Tiga Jam, 54 Truk Batu Bara Lalu-lalang



Salah satu truk pengangkut batu bara yang melintasi jalan di kawasan Tanah Datar.
Salah satu truk pengangkut batu bara yang melintasi jalan di kawasan Tanah Datar.

Benar bahwa jalan di Tanah Datar dan sejauh lajurnya (poros Samarinda-Bontang) akan diperbaiki. Perbaikannya menggunakan uang negara sebesar Rp283 miliar. Namun, akar permasalahan harus diidentifikasi dan diselesaikan. Sudah umum dugaan penyebab utama hancurnya jalan tersebut adalah aktivitas pertambangan batu bara. Jangan sampai, perbaikan jalan yang dilakukan negara hanya menjadi gelaran karpet merah bagi pengusaha hitam emas-emas hitam.

OLEH: YOGHY IRFAN

SIRINE dua mobil patwal meraung di barisan paling depan. Mobil Lexus dengan plat nomor RI 38 yang ditumpangi Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya, melaju di belakangnya, diikuti iring-iringan mobil lain. Saat itu Menteri LHK bersama dengan Gubernur Kaltim Isran Noor baru saja menyelesaikan kunjungan kerja dari Kecamatan Muara Badak, Kukar, dan dalam perjalanan mengejar penerbangan di Bandara APT Pranoto Samarinda.  

Belasan mobil itu melewati permukaan jalan yang masih berlapis tanah di depan Kantor Desa Tanah Datar. Kondisi jalan sedikit basah, karena baru disiram truk tangki dengan air agar tak berdebu. Namun, teriknya matahari siang itu membuat upaya tersebut tidak benar-benar berguna. Banyaknya kendaraan yang bergantian lewat dalam satu waktu, membuat debu melayang dan menghalangi pandangan mata. Tapi, itu masih untung. Pasalnya, jika hujan yang turun, hampir dipastikan kemacetan panjang akan terjadi. 

Syahrul, salah satu warga yang saat itu tengah menambal lubang jalan dengan batu bercampur tanah, ikut menyaksikan iring-iringan kendaraan Menteri LHK dan Gubernur yang lewat. Dia lalu menceritakan kejadian macet panjang di ruas jalan tanah datar beberapa waktu lalu. Saat itu ada dua truk muatan kelapa sawit nyaris terguling karena bannya terperosok ke dalam ruas jalan yang kondisi tanahnya lembek. 

“Itu sampai sekitar jam 11 malam macet, sampai pagi keesokan harinya ada lagi truk yang membawa barang yang mau rebah juga. Karena itu dari pagi sampai sore terjadi kemacetan panjang. Jadi ada banyak pengguna jalan yang mau mengejar pesawat ke bandara beralih ke jasa ojek yang ada di sekitar sini,” tutur Syahrul.  

Truk pengangkut batu bara di Tanah Datar.

DALAM 3 JAM ADA 54 TRUK BATU BARA MELENGGANG

Berbekal citra satelit dari Google Earth yang diambil pada Februari 2019 lalu, terlihat jelas bahwa aktivitas pertambangan batu bara telah mengepung kantor Desa Tanah Datar. Dalam radius tak sampai 1 kilometer atau sekitar 700 meter dari kantor desa, tampak marak aktivitas eksplorasi di kawasan tersebut. Terdapat dua lubang diduga bekas galian tambang yang sudah terisi penuh oleh air. Hal ini tentu membahayakan warga sekitar, karena salah satu lubang tambang hanya berjarak sekitar 200 meter dari permukiman warga. 

Kondisi Desa Tanah Datar pada saat ini jauh berbeda jika dibandingkan 11 tahun lalu. Dari citra satelit yang ditangkap pada 2010 lalu, lokasi tersebut masih cukup hijau. Meski saat itu sudah mulai terlihat aktivitas pengupasan permukaan tanah, namun jaraknya masih di atas 500 meter dari badan jalan.

Aktivitas pengangkutan batu bara yang menggunakan jalan umum, disebut-sebut warga menjadi salah satu penyebab rusaknya jalan di kawasan tersebut. Tim redaksi Selasar lalu melakukan pemantauan langsung di depan Kantor Desa Tanah Datar, untuk memastikan informasi tersebut. 

Pemantauan kami mulai sekitar pukul 07.30 Wita. Saat itu kondisi jalan masih terlihat lengang. Hanya ada beberapa mobil jenis minibus dan pengendara motor yang lalu lalang. Namun, memasuki pukul 08.30 Wita, terlihat beberapa kendaraan truk mulai lalu lalang menggunakan jalan umum di kawasan tersebut. 

Agar tidak menarik perhatian saat melintas di jalan umum, biasanya truk-truk pengangkut batu bara menutup muatannya menggunakan terpal. Namun ada ciri khusus yang membedakan antara truk pengangkut batu bara dengan truk pengangkut sembako yang juga kerap melintas. Biasanya dibagian belakang truk akan terlihat sedikit berwarna hitam, hal ini akibat terkena bongkahan batubara saat aktivitas bongkar muat. 

Berdasarkan ciri-ciri tadi, dari perhitungan kami total ada 54 truk batu bara yang lewat di jalan tersebut dalam kurun waktu 3 jam. Dari pemantauan kami aktivitas pengangkutan batubara yang paling aktif, justru berasal dari seberang kantor Desa Tanah Datar. Terlihat truk-truk batu bara dari kawasan itu melakukan crossing atau menyeberang di atas jalan umum, untuk menuju ke areal belakang kantor Desa Tanah Datar. 

Hasil pemantaun ini pun kami bawa kepada Dinas ESDM Kaltim. 

Citra satelit di kawasan Tanah Datar pada tahun 2010.

ESDM TAK MENYANGKAL 

Kepada Selasar, Kepala Bidang (Kabid) Mineral dan Batu Bara (Minerba), Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kaltim, Azwar Busra, tidak menyangkal temuan kami. Dirinya menyebut jalan itu memang biasa digunakan aktivitas pengangkutan batu bara ilegal. Namun ia menyebut adanya aktivitas tersebut tak masuk kewenangannya, karena ESDM hanya berwenang di areal aktivitas pertambangan batu bara saja. 

“Kita tidak bisa pungkiri kalau lewat di sana itu baik siang dan malam, banyak truk-truk yang mengangkut batu bara. Namun kalau kita bicara masalah kewenangan, hal itu bukan lagi berada di Dinas ESDM Kaltim, tapi di Dinas Perhubungan,” jelasnya. 

Persoalan ini pun ia akui sudah kerap kali disampaikan dalam rapat-rapat koordinasi yang digelar oleh Dinas Perhubungan Kaltim. Dalam rapat-rapat itu juga hadir Dinas PUPR dan Dirlantas Polda Kaltim. “Sehingga sebenarnya tidak perlu kami membuat laporan lagi (ke Dishub) karena dalam rapat tersebut sudah ada kami informasikan semuanya,” terangnya. 

Citra satelit di kawasan Tanah Datar pada tahun 2019.

Dari informasi yang ia terima, bahkan ada wacana oleh Dinas Perhubungan Kaltim untuk membangun pos-pos pengawasan di jalan Poros Samarinda-Bontang. Hal ini untuk mengawasi hilir mudik truk tambang batu bara yang menggunakan jalan umum. 

“Jadi ketika ketemu truk pengangkut batu bara akan dipastikan sumbernya dari mana dan arah tujuannya mau ke mana. Dari informasi yang kami terima Dinas Perhubungan Provinsi yang akan membangun posko tersebut,” tuturnya. (bersambung, SELASAR.CO)

Editor: Awan

Berita Lainnya