Kutai Kartanegara

Pedagang Bendera Musiman  dampak corona Pedagang di Kukar Omzet Pedagang 

Pandemi Covid-19 di Kukar, Omzet Pedagang Bendera Musiman Merosot 50 Persen



Pedagang bendera musiman di Tenggarong.
Pedagang bendera musiman di Tenggarong.

SELASAR.CO, Tenggarong - Menjelang Hari Ulang Tahun (HUT) ke-76 RI, para pedagang bendera musiman mulai bermunculan di Tenggarong, Kutai Kartanegara (Kukar). Mereka memanfaatkan trotoar jalan untuk menjajakan barang dagangannya, salah satunya di pinggir Jalan S Parman Kelurahan Melayu.

Salah satu pedagang bendera musiman, Iman Awaludin (29) mengatakan, sejak tanggal 17 Juli 2021 lalu, ia sudah berada di Tenggarong untuk mengadu nasib mencari keuntungan dengan menjajakan bendera dan umbul-umbul. Namun, ia tak menyangka bahwa omzet penjualannya tak sebaik pada tahun-tahun sebelumnya. Diperkirakannya omzet penjualan merosot sekitar 50 persen.

"Sebelum pandemi saya raup untung Rp 10 juta hingga Rp 13 juta, itu bersih saya bawa pulang. Tahun kemarin menurunnya hampir 50 persen. Untuk tahun ini masih belum tahu, yang pasti omzet penjualan merosot," sebut Iman.

Bendera yang berukuran 90 sentimeter ia jual seharga Rp 30 ribu, sedangkan untuk ukuran 120 sentimeter dijual seharga Rp 40 ribu dan ukuran 150 sentimeter dijual dengan harga Rp 60 ribu."Kalau umbul-umbul kerucut atau segitiga Rp 30 ribu, umbul-umbul horizontal kita jual Rp 45 ribu," tutup Iman.

Dalam menjajakan barang dagangannya ini Iman tidak sendiri, ia bersama Sumarna (ayahnya), Zulpan (adiknya) dan Uman Agusman (pamannya). Setiap momentum 17 Agustus mereka selalu datang ke Tenggarong untuk menjajakan bendera dan Umbul-umbul.

"Kalau bapak saya dari 2007 sudah jualan bendera di Tenggarong, kalau saya dan paman mulai dari 2015 sudah ikut bapak jualan di sini. Adik saya baru tahun ini, sebelumnya di Papua jualan. Pertengahan Juli kami datang kesini, nanti tanggal 18 Agustus pulang ke Garut," jelas Iman.

Bendera dan umbul-umbul mereka dapatkan dari bandar penjual bendera yang ada di Kecamatan Kadungora, Garut. Biasanya, pada tahun sebelumnya ia membawa bendera dari Garut sebanyak 6.000 lembar dengan berbagai ukuran. Namun, pada tahun ini ia hanya membawa 4.000 lembar saja. Dari tanggal 17 Juli 2021 hingga saat ini, bendera yang ia bawa masih sekitar 30.00 lembar lebih.

"Sebelum Covid-19 saya biasa bawa 7 karung, kalau pulang biasanya sisa setengah karung. Kalau sekarang bawa empat karung, barangnya juga masih banyak, masih tiga karung setengah," katanya.

Sebelum pandemi Covid-19, Iman mengaku mendapat penghasilan kisaran Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta per harinya. Namun, di masa pandemi ini mempengaruhi omzet penjualannya. Ia hanya bisa mendapatkan Rp 700 sampai Rp 800 ribu saja per harinya. "Pada pandemi tahun kedua ini perbedaanya jauh sekali," keluhnya.

Penulis: Juliansyah
Editor: Awan

Berita Lainnya