Utama

banjir Banjir di Desa Pampang Desa Pampang Desa Budaya Pampang banjir di samarinda 

Desa Budaya Pampang Kebanjiran, Airnya Keruh Diduga akibat Tambang



Banjir di kawasan Desa Pampang.
Banjir di kawasan Desa Pampang.

SELASAR.CO, Samarinda - Desa Budaya Pampang di Kelurahan Pampang, Kecamatan Samarinda utara, terendam banjir pada hari ini, Jumat (3/9/2021). Diperkirakan ada lebih dari 300 keluarga di RT 1, 2, 3, dan 4 yang terdampak banjir kali ini. Akses jalan utama yang juga ikut terendam banjir dengan ketinggian 60 cm, juga membuat kendaraan roda dua sudah tidak bisa memasuki area tersebut.  

“Sepanjang jalan Desa Budaya Pampang itu sudah tenggelam, jadi hanya bisa dilalui kendaraan roda empat saja,” ucap Sofyandi, Lurah Kelurahan Pampang. 

Saat ini untuk membantu mobilitas warga yang ingin keluar dan masuk area Pampang, pihaknya telah dibantu perahu dari BPBD Samarinda. 

“Banjir kali ini menjadi salah satu yang tertinggi dalam sejarah warga di sini,” tambahnya.

Sofyandi menduga rencana pembangunan jembatan yang belum terselesaikan menjadi salah satu penyebab banjir di Desa Budaya Pampang. Seperti diketahui desa budaya di Samarinda ini diapit oleh dua sungai. Penyempitan daerah aliran sungai, mengakibatkan air meluap ke daerah pemukiman warga, termasuk area Rumah Lamin yang menjadi ikon Desa Budaya Pampang. 

“Kedua sungai itu mengalami penyempitan sehingga air lari ke kampung. Penyempitan di salah satu sungai akibat belum terealisasinya rencana pembangunan jembatan. Akibatnya warga melakukan pengurukan tanah dibantu kayu seadanya agar tetap dapat melintas,” jabar Sofyandi. 

Dirinya mengaku yakin proyek pengerjaan yang belum tuntas itu turut mengambil peran dalam terjadinya banjir, karena sebelum adanya pengerjaan tersebut ketinggian air biasanya hanya setinggi mata kaki dari muka jalan. 

“Kami sudah masukkan usulan perbaikan jembatan itu dalam musrenbang, tapi mungkin belum bisa dikabulkan karena mungkin terkait keterbatasan anggaran,” sebutnya.  

AIR BANJIR KERUH DIDUGA AKIBAT TAMBANG

Banjir telah sejak lama terjadi di area Kelurahan Pampang. Namun disampaikan oleh Sudirman Sadili, Ketua RT 1 Kelurahan Pampang, keruhnya air banjir yang menggenangi kawasan tersebut diduga terjadi akibat aktivitas pertambangan. Pria yang tinggal di kawasan Kelurahan Pampang sejak 1981 ini menyebut, bahwa dahulu warna air yang menggenangi kawasan tersebut tidak sekeruh saat ini. 

“Kalau persoalan tambang batu bara ini sebenarnya berpengaruh pada memperkeruh air sungai, kalau dahulu banjir di sini airnya jernih. Selain itu juga membuat sedimentasi pada sungai. Tapi kalau ditanya banjir, memang sudah ada sebelum ada tambang,” ungkapnya. 

Pengerukan sungai yang ada ia sebut dapat menjadi solusi terhadap banjir di kawasan tersebut. Karena pada 2013 lalu pernah dilakukan pengerukan sungai, dan hasilnya hampir 2 tahun area tersebut tidak pernah tergenang banjir. 

“Dulu pernah waktu pengerukan sungai sekitar tahun 2013 sempat tidak pernah ada banjir selama hampir 2 tahun. Jadi perlu ada pengerukan kembali menurut saya,” pungkasnya.

Penulis: Yoghy Irfan
Editor: Awan

Berita Lainnya