Kutai Kartanegara
Desa Penghasil Migas  Penghasil Migas Kecamatan Anggana Desa Muara Pantuan DPRD Kukar 
Ironis, Tiga Desa Penghasil Migas di Kukar Masih Kesulitan Air dan Listrik
SELASAR.CO, Tenggarong - Kecamatan Anggana merupakan salah satu kawasan penghasil minyak dan gas bumi (migas) di Kutai Kartanegara (Kukar). Tentu saja Anggana dapat dikatakan salah satu penyumbang Dana Bagi Hasil (DBH) yang lumayan besar untuk Kabupaten Kukar. Namun, di balik itu semua, terdapat tiga desa di kecamatan tersebut masyarakatnya masih belum sejahtera. Yaitu Desa Muara Pantuan, Tani Baru, dan Sepatin.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kukar dari Dapil III Anggana, Muara Badak dan Marang Kayu, Heri Asdar, mengatakan, selama ini masyarakat di sana sangat mengeluhkan tidak adanya akses air bersih untuk desa. Padahal air bersih merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat.
"Jadi kebutuhan yang pertama akses air bersih, terus juga dari segi BBM. Karena tiga desa itu mayoritasnya adalah nelayan," ujar Heri.
Tiga Desa ini lokasinya di tengah laut dan juga dikelilingi oleh sumur-sumur dari perusahaan migas. Namun, sangat disayangkan pembangunan di tiga desa ini sangat tertinggal. "Padahal di sana itu kan daerah penghasil migas, tapi tidak terbangun," katanya.
Berita Terkait
Di sisi darat Kecamatan Anggana memang diakuinya pembangunan sudah mulai terlihat. Tetapi yang menjadi pekerjaan rumah (PR) di Pemerintah Kabupaten (Pemkab) bagaimana desa-desa penghasil migas ini juga bisa menikmati pembangunan di Kutai Kartanegara. Apalagi Desa Muara Pantuan penduduknya terbesar kedua di Kecamatan Anggana.
"Jadi PR kita bersama, bagaimana desa ini bisa menikmati pembangunan di Kutai Kartanegara. Dalam hal, air bersih, listrik dan bahan bakar," jelas Heri.
Sementara itu, Camat Anggana, Rendra Abadi, mengatakan, tak hanya air bersih yang dibutuhkan ketiga desa tersebut, melainkan listrik juga. Namun, pada tahun ini di Desa Muara Pantuan akan segera dialiri listrik oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) selama 24 jam.
"Selama ini listrik di sana itu hidup dari jam 6 sore sampai dengan jam 6 pagi. Tapi dalam waktu dekat akan dialiri listrik 24 jam," ujarnya.
Namun, yang jadi persoalan utama selama ini ialah kebutuhan air bersih. Karena masyarakat di tiga desa tersebut harus jauh membelinya ke Desa Kutai Lama. Bahkan, mereka membelinya dengan harga yang cukup mahal, yaitu Rp 50.000 satu drumnya. "Jadi selama ini air bersih itu belinya di Kutai Lama," sebutnya.
Kelangkaan air bersih di tiga desa ini pun menyebabkan dampak yang buruk bagi masyarakat. Apalagi pada saat musim kemarau tiba, tak sedikit masyarakat yang menderita penyakit muntaber.
"Kami sudah laporkan hal ini ke pak Wakil Bupati, InsyaAllah di tahun depan ini mudah-mudahan bisa diatasi," ujar Rendra.
Program air bersih pun telah digencarkan oleh pihaknya pada tahun ini. Program ini akan dilakukan secara bertahap dengan membuat penampungan air bersih di tiga desa tersebut. Pihak kecamatan pun sudah menyediakan anggaran sebesar Rp 300 juta untuk membangun penampungan air bersih.
"Untuk tahun ini pembangunannya di Desa Sepatin," jelas Rendra.
Anggaran Rp 300 juta itu pun masih belum cukup untuk program pembangunan air bersih. Karena anggaran itu tak cukup untuk membuat instalasi saluran air bersih menuju rumah warga.
"Tadi dapat informasi untuk air bersih sampai dengan instalasinya itu bernilai kurang lebih Rp 800 juta. Itu total kebutuhan per satu desa, itu sudah sama instalasi," tutup Rendra.
Penulis: Juliansyah
Editor: Awan