Lingkungan

Kawasan Hutan di Kutim Kawasan Hutan  Tambang batu bara Kawasan Ekosistem Esensial 

Setiap Perusahaan Perkebunan Wajib Punya Lahan Konservasi



Bupati Kutim, Ardiansyah Sulaiman.
Bupati Kutim, Ardiansyah Sulaiman.

SELASAR.CO, Sangatta – Kabupaten Kutai Timur (Kutim) sangat terkenal sebagai salah satu daerah yang memiliki pertambangan batu bara terbesar dan kawasan perkebunan kelapa sawit terluas di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim). Namun dari luas wilayah Kutim 35.747,50 km² itu ternyata masih memiliki sekitar kurang lebih 60 persen kawasan hutan.

“Kalau kita bicara tentang hutan, kita masih punya 60 persen, kawasan hutan. Kalau di Undang-undang itu, diwajibkan menyisakan minimal 30 persen. Sementara kita masih punya sekitar 50 persen sampai 60 persen, artinya masih bagus,” ucap Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman, beberapa waktu lalu.

Karena itu, dirinya meminta agar setiap perusahaan perkebunan di Kutim, ke depan bisa lebih menjaga kawasan konservasi yang mereka miliki. Sebagaimana hal itu tertuang di dalam setiap pemberian izin perkebunan yang telah diberikan oleh pemerintah.

“Untuk kawasan perkebunan kelapa sawit, itu di setiap izinnya, mereka harus menyiapkan kawasan hutan konservasi,” kata Ardiansyah.

Tak hanya itu, beberapa waktu lalu Pemkab Kutim juga telah menggelar pertemuan untuk membahas Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) lahan basah Mesangat dan Suwi di Kutim, yang telah diusulkan sebagai kawasan konservasi sejak tahun 2016 lalu.

“Jadi semua harus terintegrasi satu sama lain, karena lingkungan ini wajib untuk dijaga,” jelasnya.

Untuk itu, menurut Ardiansyah, masalah lingkungan semua pihak juga harus menjaganya, tak terkecuali sektor perkebunan maupun masyarakat Kutim sendiri.

“Perkebunan wajib menjaga lingkungan, masyarakat juga wajib menjaga lingkungan, pemerintahan juga berkewajiban melestarikan dan membuat program yang berkaitan dengan lingkungan,” jelasnya.

Lebih lanjut, menurut Bupati, dengan menjaga lingkungan agar tetap lestari, maka secara tidak langsung semua pihak telah menjaga warisan yang akan diturunkan pada generasi selanjutnya.

“Memang kita hidup sekarang, berikutnya anak cucu kita yang akan menikmati dan mewarisi, terutama akan menindaklanjuti pembangunan ini ke depan,” tuturnya.

Penulis: Bonar
Editor: Awan

Berita Lainnya