Kutai Timur

BKKBN Kaltim PPKB Kutim Kasus Stunting Kasus Stunting di Kutim Stunting 

Percepat Penurunan Stunting, BKKBN Kaltim Roadshow ke Kutim



SELASAR.CO, Sangatta - Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kabupaten Kutai Timur (Kutim) pada, Rabu (19/01/2022) menggelar kegiatan peningkatan peran mitra dalam program Bangga Kencana. Kegiatan dibuka oleh Staf Ahli Bupati Bidang Pemerintahan Hukum dan Politik, Tejo Yuwono, yang ditandai dengan pemasangan implan baru secara simbolis dan dilanjutkan penyerahan piagam penghargaan kepada sejumlah pihak.

Tak hanya itu, kegiatan yang berlangsung di ruang Tempudau Kantor Bupati Kutim tersebut, juga menghadirkan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) Muhammad Edi Muin, sebagai pembicara. Turut hadir pula Ketua TP PKK Siti Robiah, Kepala DPPKB Kutim dr Setiadi Halim, Ketua Ikatan Bidan Kutim (IBI) serta Koramil 0909/01 Sangatta.

Usai jadi pembicara, Edi Muin mengatakan acara tersebut merupakan bagian dari kegiatan road show yang dilakukan pihaknya ke setiap kabupaten-kota di Kaltim. Terutama untuk mendorong sinergitas kemitraan dalam percepatan penurunan stunting.

“Seperti kita ketahui, ternyata angka stunting yang tinggi di Kalimantan Timur ini adalah Kabupaten Kutai Timur. Kalau di provinsi 22,8 persen, artinya dari 100 anak yang baru lahir bayi ada 22 anak yang stunting. Sementara Kabupaten Kutai Timur sendiri 100 anak yang baru lahir ada 27 anak atau sebanyak 27 persen. Berarti lebih tinggi dari provinsi bahkan lebih tinggi daripada nasional, yang sekarang 26 persen,” ungkap Edi.

Oleh karena itu, dirinya mengharapkan sinergitas yang sudah dibangun dengan baik itu. Tidak sakadar manis di bibir, melainkan action-nya ke lapangan harus benar-benar dilakukan agar bisa menekan angka stunting di Kutim.

“Dan ada tiga kekuatan nanti yang akan mengawal tim pendamping keluarga stunting itu. PKK, bidan, kader, serta dibantu Babinsa. Ini merupakan kolaborasi yang sangat luar biasa dan ini juga tepat di awal tahun, sehingga nanti kita berharap, gebrakannya nyata betul di lapangan,” harapnya.

Menurut Edi, ada beberapa hal yang bisa membuat angka stunting bisa naik. Seperti jarak waktu melahirkan anak yang begitu rapat, atau mereka yang hamil terlalu muda atau terlalu tua. “Atau dari pola pengasuhan. Pengetahuan masyarakat tentang anak juga sangat dibutuhkan. Termasuk peningkatkan pengawalan 1.000 hari pertama kehidupan, atau mulai dari hamil mereka benar-benar dikawal dan dipastikan dalam kondisi hamil yang sehat. Kalau dia hamil dalam kondisi yang tidak sehat, maka akan berpeluang menjadi stunting,” jelasnya.

Oleh karena itu, peran tenaga kesehatan seperti bidan sangat dibutuhkan untuk melakukan pengawalan, dan memastikan bahwa semua ibu hamil minimal 6 kali diperiksa selama masa hamil. Selain itu, jika melahirkan dalam kondisi sehat, maka harus tetap dilakukan pengawalan dengan memberikan ASI eksklusif dan pemberian makanan tambahan.

Menurut Edi Muin, tingginya angka stunting di Kutim juga bisa disebabkan adanya pola migrasi penduduk yang begitu tinggi. Seperti penduduk yang baru datang dan kemudian tidak sempat mendapatkan pendidikan dan pemahaman pola asuh yang baik.

“Atau mungkin mereka yang hidupnya di pinggiran yang tidak mendapatkan akses pelayanan kesehatan, itu juga bisa memungkinkan. Serta tingginya angka pernikahan dini juga bisa meningkatkan angka stunting. Bahwa ibu yang melahirkan di umur yang belum terlalu ideal di bawah 20 tahun juga bisa melahirkan anak stunting dan juga masalah gizi. Makanya ketika dalam posisi hamil, harus diberikan gizi yang baik,” terangnya.

Oleh karena itu, dengan dibentuknya tim percepatan penurunan stunting di masing-masing kabupaten-kota, dirinya berharap angka stuting bisa ditekan. Seperti melakukan pengawalan yang baik kepada seluruh ibu hamil, dan memberikan pemahaman yang baik kepada mereka yang menikah dini, sehingga bisa hamil dalam posisi sehat.

Sementara itu, usai membuka acara, Staf Ahli Bupati Bidang Pemerintahan Hukum dan Politik Tejo Yuwono menegaskan bahwa Pemkab Kutim tetap fokus dengan program Bangga Kencana. Program tersebut dianggap berjalan sesuai rencana. Ia menjelaskan Program Pembangunan Keluarga Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) adalah program dari BKKBN yang bertujuan mewujudkan keluarga berkualitas dan hidup dalam lingkungan yang sehat.

“Dengan salah satu tujuan utamanya mengendalikan laju pertumbuhan penduduk yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat itu sendiri,” bebernya.

Ia menegaskan program ini juga merupakan program pembangunan keluarga, pembangunan kependudukan, dan ada pula program keluarga berencana. Apalagi jumlah penduduk di Kutim sampai saat ini belum terkontrol, akibat vakumnya BKKBN di masa pandemi. Menurutnya, program tersebut harus digalakkan oleh DPPKB dengan menambahkan program Tribina. Yakni bina keluarga balita, bina keluarga remaja, dan bina lansia.

Penulis: Bonar
Editor: Awan

Berita Lainnya