Kutai Timur

Pencemaran Lingkungan di Bengalon Pencemaran lingkungan PT Kaltim Prima Coal  DLH Kutim Sungai Bengalon 

DLH: Pencemaran dari PT KPC Tidak Mengalir ke Sungai Bengalon



Dugaan pencemaran lingkungan di kecamatan Bengalon.
Dugaan pencemaran lingkungan di kecamatan Bengalon.

SELASAR.CO, Sangatta - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Kutai Timur (Kutim) menemukan adanya pencemaran lingkungan dari kegiatan pertambangan milik PT. Kaltim Prima Coal (KPC). Namun, DLH Kutim mengaku limpasan air limbah yang mengalir ke lokasi Perkebunan PT. Kemilau Indah Nusantara (KIN) tidak mengalir langsung ke Sungai Bengalon. 

Hal tersebut disampaikan langsung oleh Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah (PPLHD) DLH Kutim, Dewi, saat berlangsungnya ekspos dugaan pencemaran, Kamis (19/5/2022).

Menurut Dewi, ada 4 data yang bisa digunakan untuk memastikan bahwa limpasan air limbah yang mengalir ke lokasi Perkebunan PT. Kemilau Indah Nusantara tidak mengalir langsung ke Sungai Bengalon. “Yang pertama data PT KIN terkait pengelolaan water gate atau pintu-pintu air, yang memang di SOP (Standard Operating Procedure) jelas diatur bahwa ketika air pasang maka water gate itu pasti akan ditutup untuk menghindari air di luar masuk,” jelasnya.

Kemudian berdasarkan hasil pengamatan pihaknya baik secara langsung maupun menggunakan drone terlihat bahwa seluruh drainase PT. Kemilau Indah Nusantara tidak ada pergerakan air yang menuju ke satu titik tertentu.

“Artinya kita lihat bahwa air itu tenang maka bisa kita pastikan bahwa air di hilirnya itu debitnya pasti lebih tinggi dari pada di dalam. Hal itu juga bisa dibuktikan pada saat kita ingin melakukan identifikasi ke Sungai Bengalon, kita juga terhalang oleh banjir, artinya debit air di sungai juga memang tinggi,” terangnya.

Selain itu, DLH juga memastikan melalui jembatan, karena titik outlet pembuangan PT KPC yang terhubung dengan sungai Bengalon bisa diakses dari jembatan. “Karena memang itu wilayah pemantauannya kami, maka kami tahu bahwa itu bisa diakses, bisa kelihatan,” terangnya.

Tak hanya itu, menurut Dewi, pihaknya juga tidak menemukan adanya perubahan warna air secara signifikan yang masuk ke sungai Bengalon. “Maka kami menarik kesimpulan bahwa kondisi air yang ada di dalam tidak terpengaruh di luar dan dibuktikan lagi dengan luasan sebaran yang ada di dalam. Kenapa luasan di dalam itu mencapai 130,3 hektare, karena tidak keluar. Jika keluar tidak akan melebar di dalam,” jelasnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, sejumlah warga di Kampung Pedayak Luas RT 7, Desa Sepaso Selatan, Kecamatan Bengalon, mengeluhkan kondisi air keruh seperti bercampur lumpur, terus mengalir di salah satu parit perkebunan kelapa sawit, yang kerap dimanfaatkan warga untuk keperluan mandi dan mencuci.

Air yang diduga bercampur lumpur tersebut juga terlihat menggenangi perkebunan kelapa sawit milik salah satu perusahaan perkebunan di wilayah itu.

Salah satu warga Kampung Pedayak Luas, RT 7, Alias, mengakui kondisi air keruh tersebut sudah berlangsung sejak beberapa hari lalu. Terutama sejak peristiwa banjir yang melanda Sungai Bengalon.

“Sumber airnya, kalau menurut kami dari hutan sana, kemungkinan besar dari air PT Kaltim Prima Coal (KPC). Karena dulu air ini bersih dan jadi sumber air untuk mandi warga sini, bahkan dipakai untuk mencuci. Tapi semenjak ada lumpur begini, kampung kami jadi semacam tadah hujan saja,” ucap Alias kepada media ini saat ditemui di Kampung Ledayak Luas, pada Minggu (27/3/2022).

Menurut Alias, air yang diduga bercampur lumpur tersebut, langsung mengarah ke Sungai Bengalon. “Cuman karena ini banjir makanya kami belum bisa tembus ke sana. Kalau dari sini sekira 500 meter ketemu sungai,” tambah Alias.

Karena itu, dirinya berharap kondisi air di parit yang kerap dimanfaatkan warga untuk keperluan mandi dan mencuci bisa kembali normal. “Selama ini kan sudah tidak ada lagi pihak-pihak yang berwenang mengecek air. Kalau dulu selalu ada rutin. Namun sejak beberapa waktu yang lalu sudah tidak ada lagi. Kami tidak tahu seperti apa ini,” imbuhnya.

Penulis: Bonar
Editor: Awan

Berita Lainnya