Kutai Kartanegara

pesut mahakam Pesut Sungai Mahakam Yayasan RASI Rare Aquatic Species Of Indonesia Habitat Pesut  hewan langka 

Klarifikasi RASI Soal Jumlah Pesut Mahakam yang Disebut Sisa 41 Ekor



Pesut Mahakam menampakkan diri di permukaan Sungai Mahakam.
Pesut Mahakam menampakkan diri di permukaan Sungai Mahakam.

SELASAR.CO, Tenggarong - Beredar sebuah postingan di salah satu platform media sosial di Kutai Kartanegara (Kukar), yang menyebutkan angka populasi pesut mahakam tinggal 41 ekor. Di dalam postingan media sosial itu menyebut, bahwa data itu diungkapkan oleh peneliti Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species of Indonesia (RASI), Danielle Kreb.

Saat dikonfirmasi, Peneliti Pesut Mahakam dan Scientific Program Advisor Yayasan RASI, Danielle Kreb, menegaskan, bahwa dirinya tidak pernah menyebarkan informasi soal angka pesut Mahakam yang populasinya tinggal 41 ekor.

"Saya juga bingung infonya dari mana. Saya sudah repost di instagram, sudah saya cek link itu memang salah. Saya tidak tahu kenapa mereka mengupload itu menggunakan nama saya, karena saya tidak pernah mengucapkan sisa (pesut) 41 ekor," tegas Danielle Kreb.

Mamalia air tawar ini statusnya memang terancam punah. Hasil analisa yang dilakukan oleh Yayasan RASI sejak tahun 2016 hingga 2021, jumlah populasi pesut Mahakam memang terjadi penurunan yang disebabkan kematian. Pada tahun 2016 lalu, pesut Mahakam yang terdeteksi oleh Yayasan RASI ada sekitar 75 ekor.

"Untuk 2021 mimimum 63 (ekor), maksimal 74 ekor," ungkapnya.

Kematian pesut Mahakam tersebut 70 persennya disebabkan oleh perangkap ikan jenis jaring yang dipasang oleh nelayan. Kemudian sisanya disebabkan oleh tertabrak kapal dan adanya racun yang sengaja ditebar untuk mendapatkan ikan. Selain itu, usia pesut yang memang sudah menua.

"Itu yang membuat populasinya agak menurun," sebutnya.

Untuk menekan penurunan jumlah pesut Mahakam, maka RASI telah mensosialasikan kepada nelayan agar melakukan pemasangan alat sensor di jaring, yang berfungsi untuk menjauhkan pesut dari jaring. Sehingga, pesut juga tidak memakan ikan yang sudah terjerat di jaring nelayan tersebut. Apabila pesut memakan ikan yang terjerat di jaring, tentu jaringnya juga ikut kemakan dan akan menghambat saluran pencernaan makanan yang ada di dalam tubuhnya.

"Itu membuat dia kurang fit, karena ada jaring di dalam lambung itu," jelas Danielle.

Alat sensor yang berfungsi untuk menjauhkan pesut dari jaring itu didatangkan oleh Yayasan RASI dari negara Inggris dan diberikan kepada nelayan dengan gratis. Saat ini sudah ada 155 nelayan di hulu Kukar yang sudah menggunakan alat tersebut.

"Jadi kalau dia (pesut) mau cari ikan dekat jaring, itu dia terganggu karena frekuensi tinggi yang sama dengan dia. Jadi dia tidak bisa mendengar di sekitarnya," terangnya.

Namun, yang sulit untuk diantisipasi adalah penebaran racun yang dilakukan secara sengaja, lantaran tidak dapat diprediksi. Untuk mencegah hal tersebut, maka sosialisasi tentang penangkapan ikan yang ramah lingkungan harus terus dilakukan dan penegak hukum juga harus lebih sering mengawasi perairan yang menjadi lintasan mamalia air tawar tersebut.

"Mungkin kehadiran penegak hukum lebih sering ada di air," pungkasnya.

Penulis: Juliansyah
Editor: Awan

Berita Lainnya