Utama

Pemasangan EWS Di mahulu Pemasangan Early Warning System Mahulu Early Warning System Mahulu Banjir Mahulu Banjir Mahulu Hari Ini Diskominfo Kaltim 

Pj Akmal: Kita Tak Bisa Melawan Alam, Early Warning System akan Dipasang di Mahulu



Banjir di Mahulu yang menenggelamkan Kantor Polsek Long Bagun. Istimewa
Banjir di Mahulu yang menenggelamkan Kantor Polsek Long Bagun. Istimewa

SELASAR.CO, Samarinda - Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) berencana memasang early warning system atau sistem peringatan dini bencana di Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu). Hal ini menindaklanjuti bencana banjir besar yang kerap kali terjadi di Kabupaten termuda di Kaltim tersebut. Pj Gubernur Kaltim, Akmal Malik sudah meminta agar Pemkab Mahulu berkoordinasi dengan dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kaltim. 

“Bencana banjir ini hampir siklusnya setiap tahun terjadi, namun memang tahun ini yang terbesar. Karena curah hujan yang tinggi. Kita perlu menyiapkan early warning system. Sehingga bisa mendeteksi pergerakan air dari Long Apari, maka kita bisa menyelamatkan aset-aset yang ada di daerah yang terdampak. Karena kita tidak bisa melawan alam, untuk itu dengan early warning system kita memberikan peringatan kepada warga sehingga bisa menyelamatkan diri dan harta benda lebih awal,” ungkapnya.


Apa Itu Early Warning Systems (EWS)

Early Warning Systems (EWS) merupakan sistem yang memainkan peran penting dalam mengurangi dampak bencana alam, terutama banjir. EWS adalah sistem yang mengintegrasikan pemantauan bahaya, peramalan, prediksi, penilaian risiko bencana, komunikasi, dan kegiatan persiapan. Tujuannya adalah memungkinkan individu, komunitas, pemerintah, bisnis, dan lainnya untuk mengambil tindakan tepat waktu guna mengurangi risiko bencana sebelum peristiwa berbahaya terjadi. 

EWS Sendiri bukan hal baru di Indonesia. Beberapa kota besar di Indonesia juga telah memasang alat ini untuk memberikan waktu kepada warga terdampak untuk bersiap sebelum datangnya banjir. Berikut contoh Kota yang telah menggunakan EWS untuk Banjir:

  • Semarang: Pemerintah Kota Semarang telah memasang 17 unit EWS di titik rawan dan lokasi yang berpotensi banjir. EWS ini memantau ketinggian air dan dilengkapi dengan kamera pengawas (CCTV). Ketika ketinggian air melebihi batas, alarm di EWS akan berbunyi.
  • Banjarnegara: Gadjah Mada Early Warning System merupakan sistem yang dirancang untuk memantau, mendeteksi, dan memberikan peringatan dini bahaya longsor. Sistem ini dilengkapi dengan teknikal sensor terdiri dari extensometer (alat deteksi pergerakan tanah secara lateral, vertikal atau relasional), tilt meter (alat deteksi perubahan posisi kemiringan permukaan tanah/batuan pada lereng), dan ultra-sonic water level (alat deteksi perubahan permukaan air pada alur sungai) yang terintegrasi dan terhubung dalam satu server dengan memori digital. Pada awal pengembangan, sistem ini hanya untuk bencana longsor, namun saat ini sudah dikembangkan untuk bencana banjir.
  • Jakarta: EWS mengumpulkan data dari empat sumber utama yaitu prediksi cuaca BMKG, prediksi pasang surut Tanjung Priok, informasi dari pakar meteorologi, dan pemantauan ketinggian air di hulu. Jakarta menggunakan alat Peil Schall, penggaris sederhana yang mengukur debit air, untuk memprediksi area yang akan terkena banjir. Informasi peringatan dini disampaikan ke daerah terancam banjir melalui berbagai alat komunikasi, termasuk radio panggil
  • Kota Malang: Kota Malang memasang EWS di enam titik lokasi rawan banjir untuk memberikan informasi kepada masyarakat dan memungkinkan penanganan lebih awal sebelum terjadinya banjir.


Rencana Pemasangan EWS di Kota Lainnya di Kaltim

Selain early warning system, lanjut Akmal, juga akan dibuat sistem penanganan bencana terpadu untuk Kabupaten Mahakam Ulu sekaligus juga kabupaten/kota lainnya di Kaltim, guna memudahkan pencegahan dan penanganan sebelum maupun saat terjadi bencana di daerah. 

“Alur evakuasi bagian yang akan kita diskusikan sekarang, kita berharap nanti melalui sistem penanganan bencana terpadu dan early warning system, jika ada bencana terdeteksi akan ada pergerakan alur evakuasi warga. Tinggal mempersiapkan titik evakuasi ke daerah yang lebih tinggi dan memperkuat akses warga yang akan di evakuasi. Kita menyiapkan sebaik mungkin jalur evakuasi, karena mayoritas warga tinggal di kawasan pinggiran sungai,” jelasnya.  

Dirjen Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri ini menegaskan, meskipun banjir yang terjadi di Mahulu merupakan siklus tahunan, tetapi sungguh pun demikian tidak boleh satu pun warga yang menderita karena bencana banjir seperti ini. 

Tugasnya pemerintah adalah memastikan warga itu aman, itu kenapa kita mempropose early warning system adalah sebuah keniscayaan bagi kita saat ini. Kami, Pemprov Kaltim bersama TNI, Polri, Basarnas dan pemangku kepentingan terkait lainnya akan mengorkestrasi langkah-langkah penanganan pasca banjir di Mahulu, agar masyarakat bisa segera melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasanya,” pungkas Akmal Malik.  (ADV/DISKOMINFOKALTIM)

Penulis: Yoghy Irfan
Editor: Awan

Berita Lainnya