Lingkungan

bendungan-lempake Waduk Benanga 

Lubang Tambang Ancam Waduk Benanga, Bisa Sebabkan Banjir Besar



Air Waduk Benanga yang terlihat berbeda warna (Sumber: Istimewa)
Air Waduk Benanga yang terlihat berbeda warna (Sumber: Istimewa)

SELASAR.CO, Samarinda - Informasi tentang Waduk Benanga beberapa hari terakhir banyak ditunggu warga Samarinda, utamanya saat musim penghujan. Karena, jika ketinggian air di kawasan waduk yang dibangun 1978 ini mulai naik, warga yang bermukim di kawasan hilir aliran Sungai Karang Mumus (SKM) harus bersiap terdampak banjir.

Kepala Badan Wilayah Sungai (BWS) III Kalimantan, Anang Muchlis mengatakan pihaknya saat ini juga tengah melakukan proses investigasi. Hal ini dilakukan setelah ditemukannya dugaan adanya sumber air lain, yang menyebabkan muka air di waduk benanga menjadi lebih tinggi dari biasanya.

"Sedang investigasi. Dilihat dari udara, air itu dari sisi kanan datangnya. Airnya keruh. Kalau air waduk itu seharusnya bening. Sehingga saat dilihat keseluruhan sisi kanan itu keruh dan sisi kiri jernih. Ini hasil pantauan menggunakan drone kita," jelasnya.

Investigasi ini dia sebut masih belum membuahkan hasil, terkait asal air tersebut datang. "Memang ada perusahaan tambang di sekitar waduk. Tapi investigasi sedang berjalan," jelasnya.

Tingginya muka air di waduk benanga tentu sangat membahayakan. Pasalnya jika terus terjadi hingga melebihi kapasitas, kemungkinan waduk jebol dapat terjadi.

"Sangat membahayakan. Karena ada satu hari tidak ada hujan di catatan kami, tapi air naik 92 centimeter. Kalau itu naik terus kan bisa jebol bendungan. Kalau sampai jebol bendungan itu air 600.000 kubik mengalir ke bawah, bisa banjir besar Samarinda. Jadi sangat membahayakan sekali," ungkapnya.

Terkait adanya dugaan aktivitas galian tambang di sekitar Bendungan Benanga Lempake, Samarinda Utara yang menambah risiko banjir, Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kaltim, Wahyu Widhi Heranata mengakui keberadaan beberapa lubang tambang di kawasan Benanga Lempake tersebut.

“Ada sekitar tiga atau empat lubang. Tidak hanya yang berizin, ada juga yang ilegal. Kalau yang ilegal bukan ranah kami,” ujarnya.

Untuk lubang tambang milik pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP), pihaknya mengaku akan segera melakukan penertiban. Untuk yang ilegal, maka diserahkan ke pihak kepolisian.

Namun, ia membantah ada aliran dari kolam tambang yang meluap hingga masuk ke kawasan waduk. “Memang ada tambang, tapi tidak ada aliran masuk ke Benanga. Kami sudah investigasi. Kami juga sudah lapor ke Wagub (Wakil Gubernur Hadi Mulyadi),” ungkapnya.

Sementara itu Dinamisator Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kaltim, Pradarma Rupang membenarkan adanya aktivitas tambang ilegal di kawasan Bendungan Benanga Lempake. Namun, tidak hanya tambang ilegal yang berkontribusi terhadap pendangkalan Waduk Benanga.

"Berjarak 5 kilometer dari waduk ada kawasan tambang legal, yang justru berkontribusi besar terhadap pendangkalan waduk benanga akibat sedimentasi lumpuran longsor ke area waduk," ujarnya.

Oleh karena itu, Rupang menilai, solusi pembangunan turap dan proyek pengendalian banjir di kawasan hilir SKM tidak akan berdampak signifikan terhadap masalah banjir.

"Jika solusi pemerintah hanya penurapan sungai, pengerukan, pembangunan kolam retensi itu hanya mengurangi volume air sementara saja. Tapi tidak dapat menghentikan air dari wilayah hulu, yang datang dengan volume lebih besar," terangnya.

Oleh karena itu, dirinya menilai Pemerintah Kota Samarinda harus meniru kebijakan yang diambil oleh Pemkot Balikpapan, yakni menetapkan Balikpapan sebagai kawasan bebas tembang.

"Harusnya yang dilakukan Pemkot Samarinda, belajar dari kebijakan yang diambil Pemkot Balikpapan pada tahun 2005. Mereka mengatakan, RTRW kota Balikpapan 52 persen adalah kawasan lindung, lalu mereka menetapkan di Perwalinya, kawasan tersebut menjadi kawasan bebas tambang. Jadi itu yang tidak dilakukan pemerintah dan DPRD kota Samarinda saat ini," pungkasnya.

 

Penulis: Yoghy Irfan
Editor: Awan

Berita Lainnya