Kolom

Cegah Corona cegah covid-19 Hilman Fajrian Arkademi 

Maaf, Akan Lebih Banyak Korban Corona di Indonesia



Hilman Fajrian, CEO dan Founder Arkademi
Hilman Fajrian, CEO dan Founder Arkademi

MAAF, AKAN LEBIH BANYAK KORBAN CORONA DI INDONESIA
Oleh: Hilman Fajrian*

Bila melihat pola perilaku masyarakat, kebijakan dan aksi pemerintah, serta kesiapan sarana kesehatan, saya tidak yakin coronavirus disease (Covid) bisa dikendalikan seperti di China, Korsel, Taiwan, Jepang, atau Singapura.

Herd immunity atau kekebalan kawanan terhadap Covid di Indonesia, prediksi saya akan terjadi secara alami. Seleksi alam yang lebih banyak bekerja. Dampaknya, akan banyak korban berguguran.

Perhatian: saya bukan dokter. Tulisan ini adalah opini pribadi. Jangan gunakan sebagai referensi tanpa mengonfirmasinya kepada ahli.

Kekebalan atau immunity adalah hasil akhir terbaik yang diharapkan manusia saat menghadapi virus. Immunity itu berasal dari 2 hal:

1. Terkontrol. Caranya diberi vaksin. Tapi saat ini belum ada vaksin Covid (setahu saya). Termasuk juga penyembuhan bagi mereka yang sakit.

2. Alami. Dilawan oleh daya tahan tubuh kita sendiri. Kalau menang, kita akan imun. Kalau kalah, mati.

Mereka yang menang dan akhirnya kebal melawan virus, disebut herd (kawanan) yang punya immunity (kekebalan).
Herd immunity tampaknya telah terjadi di Wuhan. Beberapa hari belakangan tidak ada lagi pasien baru Covid. Untuk mencapai herd immunity ini, pemerintah China menerapkan aturan yang sangat keras dalam lockdown dan menyediakan sarana kesehatan yang luar biasa.

Sehingga untuk mencapai herd immunity bisa ditekan atau dikontrol korbannya.
Tapi Indonesia bukan China, Korsel, atau Singapura. Dengan segala kebaikan dan kekurangannya; Indonesia berbeda.

Kita bukan negara komunis seperti China yang memberi keleluasaan sangat besar kepada negara untuk masuk ke dalam setiap aspek kehidupan warga negara. Kalau ada yang keliaran, langsung ditangkap polisi atau tentara. Pengusaha dipaksa menyediakan sarana dan prasarana kesehatan: ikut membantu membangun rumah sakit, memproduksi alat kesehatan, dll. Pemerintah bisa menjadi sangat super power dan punya daya paksa sangat tinggi. Inilah salah satu ciri negara komunis.

Tapi Indonesia bukan komunis. Kita negara demokrasi, dan komunisme adalah musuh kita. Polisi di Indonesia tidak boleh menangkapi orang di jalan saat lockdown. Pemerintah tidak boleh memaksa pabrik yang punya kompetensi untuk memproduksi alat kesehatan.

Tak banyak yang bisa dibuat oleh negara ketika petugas medis kekurangan alat pelindung diri dan penunjang medis. Produsen atau distributor alat kesehatan lebih memilih menjual ke ritel karena mendapatkan keuntungan lebih tinggi dibanding menjual ke rumah sakit.

Ini Indonesia. Anda tak bisa memerintahkan lockdown ketika masih sangat banyak warga negara yang menggantungkan nafkah dari pendapatan harian. Tidak bekerja maka tidak makan. Sampai sekarang tidak ada solusi bagi mereka selain harus tetap keluar mencari nafkah.

Kita bukan Korsel dan Singapura yang memiliki fasilitas kesehatan terbaik di Asia, teknologi canggih, uang yang banyak, dan kultur hidup yang disiplin. Meski tanpa lockdown seperti China, mereka bisa mengendalikan jumlah korban untuk mencapai herd immunity.

Ini Indonesia, dengan segala kebaikan dan kekurangannya. Rasio kematian Covid di Indonesia sudah 8,7%, yang tertinggi di dunia. Rumah sakit masih kesulitan menyediakan sarana penyembuhan. Kebijakan lockdown masih hanya berlaku di kawasan tertentu dengan batasan yang longgar.

Orang-orang masih keluar karena mereka harus mencari nafkah. Dan tampaknya, belum ada solusi sistematik dan masif yang bisa diterapkan secara serentak untuk menghadapi semua masalah di atas.

Atas alasan inilah saya memprediksi bahwa herd immunity Covid di Indonesia akan terjadi secara alami.

Konsekuensinya – mohon maaf – kita mungkin akan kehilangan banyak saudara sebangsa. Jagalah orang-orang yang Anda cintai dengan sebaik-baiknya.

*) CEO dan Founder Arkademi

#Covid19 #CoronaVirus #Opini #HerdImmunity

Editor: Awan

Berita Lainnya