Olahraga
gowes Pandemi Corona Sepeda lipat 
Pandemi Corona Bikin Sepeda Lipat Laris Manis di Samarinda
SELASAR.CO, Samarinda - Mulai 15 Juni 2020 lalu, Samarinda sudah memasuki relaksasi tahap dua, namun belum semua fasilitas umum dapat dibuka. Merujuk surat edaran tim gugus tugas percepatan penanganan Covid-19 Samarinda, beberapa tempat wisata sudah bisa kembali buka, kecuali tempat pemandian/kolam renang, arena ketangkasan, arena permainan anak dan spa.
Terbatasnya pilihan tempat wisata yang kembali dibuka, membuat banyak warga Samarinda memilih menekuni hobi lain untuk mengisi waktu. Bersepeda menjadi salah satu jenis olahraga yang belakangan kembali marak peminatnya. Setiap sore hingga malam, mudah ditemukan pesepada baik yang sendiri maupun berkelompok, melakukan aktivitas olahraga berkeliling Kota Tepian.
Salah satunya dilakukan Muhammad Luthfi Fajri Alaydrus. Ia mengaku hobi bersepeda sejak lama. Namun baru kembali aktif bersepeda beberapa bulan terakhir, setelah aktivitas ini kembali tren di kalangan masyarakat Samarinda.
“Lagi tren sepeda di mana-mana, bukan hanya di Samarinda tapi juga di daerah lain. Jadi banyak orang yang baru sepedaan. Contohnya saja banyak teman yang beli sepeda di masa sekarang, padahal sebelumnya tidak pernah sepedaan,” ujarnya.
Lutfi menambahkan, setidaknya ada 1-2 kali dalam satu minggu ia bersepeda dengan rute berbeda. Tidak sendiri, dia biasa bersepeda dalam satu kelompok dengan tetap wajib menggunakan masker. “Karena bisa sepedaan dengan banyak orang jadi seru,” katanya.
Berita Terkait
PENJUALAN SEPEDA LIPAT DI SAMARINDA MENINGKAT
Sedang trennya aktivitas bersepeda, membuat angka penjualan sepeda meningkat di Samarinda. Seperti dirasakan Sifah, pengelola Toko Sepeda Mulia di jalan Pangeran Antasari. Kepada SELASAR dirinya mengatakan, peningkatan terjadi sejak sebulan lalu. Sepeda lipat (folding) menjadi yang paling banyak diburu masyarakat Samarinda saat ini. “Meningkat penjualan sejak sebulan lalu, yang paling banyak dicari sepeda folding (lipat),” ujarnya.
Meski sepeda jenis lain juga mengalami peningkatan permintaan, jumlahnya tidak sebanyak permintaan sepeda lipat yang selalu ada dalam sehari. “Kalau yang jenis lain ada juga yang cari, tapi nggak sebanyak sepeda lipat,” tambah Sifah.
Sepeda lipat a dijual dengan harga yang cukup variatif, mulai jutaan hingga belasan juta rupiah. Namun sepeda lipat di kisaran Rp 2 jutaan menjadi yang paling banyak dicari. Akibat meningkatnya penjualan sepeda, omzet penjualan pun bisa naik dua kali lipat dari hari biasa. “Harganya bermacam-macam, yang banyak dicari itu harga kisaran Rp 2 jutaan. Pernah dalam sehari bisa sampai puluhan orang datang untuk membeli,” ungkapnya.
Peningkatan penjualan sepeda di kala pandemi corona pun tidak hanya dirasakan Sifah, Uppala Devi pemilik Toko Sepeda Cakra Style di jalan DI Panjaitan pun merasakan hal yang sama. Sudah sebulan terakhir toko sepedanya ramai dikunjungi pembeli. Namun, menurutnya pembeli yang ramai datang membeli sepeda saat ini, banyak yang datang dari kalangan ibu-ibu.
“Karena sekarang kan banyak ibu-ibu mungkin karena pandemi Covid-19 tidak ada kegiatan, jadi juga ingin ikut gowes otomatis banyak yang cari sepeda lipat,” ungkap Devi.
Kisaran harga sepeda yang dicari pun nyari serupa, yaitu kisaran Rp1 juta hingga Rp6 juta. Pendapatan toko sepedanya pun naik sekitar 30 persen dari hari biasa.
“Tapi unit agak susah carinya untuk sepeda lipat. Jadi sampai harus inden dulu. Karena dari pabrik sendiri karena ada pandemi ini produksi tidak bisa maksimal, jadi otomatis pembagian untuk beberapa daerah dikurangi. Biasanya kami bisa dapat 10 unit untuk satu tipe, sekarang kami hanya bisa dapat tiga unit dalam sekali pengiriman,” pungkasnya.
Penulis: Yoghy Irfan
Editor: Awan