Utama

RSUD IA Moeis IGD RSUD IA Moeis Antrean Pasien Bed Occupancy Ratio  pandemi Covid-19 Rumah Sakit Meois 

Ini Penjelasan Mengapa Antrean IGD RSUD IA Moeis Sampai Teras Gedung



Antrean pasien di teras gedung IGD RSUD IA Moeis Samarinda.
Antrean pasien di teras gedung IGD RSUD IA Moeis Samarinda.

SELASAR.CO, Samarinda - Sebuah foto yang menunjukkan antrean pasien ramai beredar di grup-grup aplikasi chatting Whatsapp. Dalam foto yang diambil di RSUD IA Moeis tersebut, menunjukkan tiga orang diduga pasien berbaring di atas tempat tidur di luar area gedung rumah sakit. Banyak yang mengira bahwa kondisi ini akibat penuhnya ruang isolasi di rumah sakit.

Tim redaksi Selasar lalu mengkonfirmasi kebenaran foto tersebut kepada Direktur Utama RSUD IA Moeis, dr Syarifah Rahimah. Dihubungi lewat sambungan telepon, dirinya membenarkan bahwa foto tersebut diambil di RSUD IA Moeis atau tepatnya di depan gedung Instalasi Gawat Darurat (IGD). Namun alasan di balik keberadaan pasien hingga di depan halaman gedung IGD bukan disebabkan ruang isolasi yang penuh, melainkan antrean pasien yang menunggu proses skrining.

“Penempatan itu dilakukan untuk pengalihan agar di dalam ruangan tidak bertumpuk, karena kondisi gedung di RSUD IA Moeis ini memang unik, tidak seluas rumah sakit yang lain,” ujar dr Syarifah Rahimah.

Dirinya menjelaskan, selama pandemi Covid-19 terjadi pihak rumah sakit telah menerapkan serangkaian protokol sebelum pasien dibawa masuk ke ruang perawatan. Meski begitu, pemantauan kondisi pasien selama menunggu juga terus dipantau.

“Jadi kita banyak menerima rujukan-rujukan ataupun yang langsung datang. Kalau rujukan dari puskesmas atau rumah sakit lain biasanya lebih cepat karena sudah ada indikasi yang bersangkutan harus rawat inap. Tapi kalau yang datang langsung, harus kami lakukan skrining dulu, apakah harus dirawat inap atau tidak. Kami tidak ingin ada yang bergejala ringan dirawat di rumah sakit, karena seharusnya bisa dengan isolasi mandiri atau isolasi di pusat-pusat karantina. Sehingga jika secara klinis yang bersangkutan bisa dirawat di pusat-pusat karantina, maka akan kita bantu agar bisa diisolasi di pusat-pusat karantina di Samarinda,” paparnya.

Lebih lanjut dirinya menjelaskan, bahwa kebijakan ini sekaligus merupakan strategi dalam menjaga ketersediaan tempat tidur untuk kasus-kasus dengan gejala berat. Lebih lanjut ia menyebut bahwa kondisi antrean di IGD tersebut tidak berlangsung 24 jam. Kondisi ini biasanya hanya terjadi pada siang atau sore hari di saat jam-jam rujukan sedang tinggi.

“Saat ini kami memiliki kapasitas tempat isolasi sebanyak 50 tempat tidur. Saat ini angka penggunaan tempat tidur, atau Bed Occupancy Ratio (BOR) di RSUD IA Moeis mencapai 70 persen,” imbuhnya. 

Dirinya pun tidak lupa untuk mengimbau kepada seluruh masyarakat, agar paling tidak dalam dua minggu ke depan untuk menahan diri, dengan tidak bepergian ke luar rumah jika tidak ada sesuatu yang mendesak. Dengan bantuan seluruh elemen masyarakat, dirinya yakin puncak pandemi bisa melandai.

“Peran masyarakat di dalam memutus rantai penularan itu sangat besar, apabila semua patuh dengan prokes, dan membatasi mobilitas, jelas virus ini tidak akan ke mana-mana. Perlu diingat bahwa virus ini tidak bisa jalan sendiri, virus ini dibawa melalui tubuh manusia. Sehingga jika manusia bisa menahan diri dan mengikuti anjuran dari pemerintah, dengan membatasi pergerakan dan kehidupan sosial, insyaAllah kita bisa segera keluar dari pandemi ini,” pungkasnya.

Penulis: Yoghy Irfan
Editor: Awan

Berita Lainnya