Kolom

Surat Terbuka untuk Wali Pembungkaman Media Intimidasi wartawan Surat terbuka wartawan diintimidasi 

Surat Terbuka untuk Pak Wali



Mr Mayor dan Mr Perch Perkins.
Mr Mayor dan Mr Perch Perkins.

Sebuah disclaimer:
Karakter, nama, jabatan, kejadian, dan tempat dalam tulisan ini imajinasi belaka.

Pak Wali, kalau telinga Anda masih terlalu tipis, suka baper menerima kritik, dan selalu menggunakan cara barbar menekan media untuk men-take-down berita, sepertinya Anda belum siap mental jadi wali kota. Saya sarankan Anda magang dulu di Krusty Krab, jualan krabby patty. Di sana Anda akan ditempa menghadapi gelombang kritik dan komplain pelanggan Bikini Bottom.

DEAR Mr Mayor. Yang terhormat pak Wali Kota Bikini Bottom. Saya adalah satu dari sekian banyak makhluk di dasar lautan yang menyukai sepak terjang kepemimpinan Anda sejak menjabat sebagai wali kota Bikini Bottom.

Tanpa mengecilkan pemimpin-pemimpin terdahulu, Anda memang terlihat lebih visioner dan revolusioner. Selain lebih tamvan tentu saja. Rumah-rumah di tepi sungai berani Anda tertibkan. Gebrakan yang tak dilakukan pemimpin terdahulu kita. Kecuali di akhir masa jabatan.

Anda menata Tepian Sungai Bikini Bottom. Memperbaiki jalan-jalan rusak. Membangun pedestrian yang rapi di beberapa titik. Itu semua sungguh keren, Pak Wali.

Tapi, tentu saja Anda tidak selalu benar. Anda mestinya memahami, sebagai pemimpin, harus siap menerima kritikan. Apalagi jika kritikan itu disampaikan lewat "jalur resmi". Lewat produk jurnalistik.

Wartawan Bikini Bottom Today, Hallway Bikini Bottom, Pro Bikini Bottom, Bikini Bottom Pos, dan lain-lain itu menulis tidak asal-asalan.

Tidak ada yang salah dari kritik tentang rencana pembangunan fasilitas pendukung di rumah jabatan wali kota, yang pagunya sekitar 10 miliar DBB (Dollar Bikini Bottom). Fasilitas pendukung berupa kolam renang, tempat fitness, sauna, hingga guest house, itu memang mengusik rasa keadilan.

Tak heran jika berita itu menuai respons negatif warganet. Pun Patrick yang kecerdasannya menembus Black Hole hingga tak bersisa, mengutuk rencana itu. Dia yang tak punya hidung bahkan bisa mencium ketidakadilan dan ketidakpekaan. Bagaimana mungkin rumah dinas wali kota dilengkapi kolam renang dan tempat nge-gym hingga sauna. Sementara rumahnya sendiri cuma berupa batu kali yang ambles di dasar lautan.

Belum lagi masalah-masalah perkotaan yang lebih mendesak diselesaikan. Seperti jalan-jalan rusak, penerangan jalan yang minim, dan banjir. Di distrik Loa Fruit misalnya, hujan sebentar, genangan dimana-mana. Di situ banyak lho pemilih Anda. Sulit dibayangkan ada banjir di Bikini Bottom. Sudahnya di dasar laut, masih banjir pula.

Di Bikini Bottom juga saya saksikan dengan mata kepala ikan saya sendiri, masih banyak rumah penduduk yang butuh perhatian. Atapnya bolong-bolong, lantai kayunya menunggu jebol.

Makanya, isu pembangunan fasilitas pendukung rumah jabatan menarik perhatian publik Bikini Bottom, karena kebijakan tersebut nir-empati dan a-sensitif.

Anda seharusnya tidak perlu murka membaca berita itu lalu menyerang pribadi dan media yang menerbitkan isu tersebut. Tidak perlu lah mengulik-ulik urusan manajemen atau dapur media bersangkutan. Tidak perlu juga bilang bahwa Anda lebih duluan jadi wartawan.

Perlu Anda tahu, wartawan Bikini Bottom Today, saya, atau beberapa wartawan yang menulis berita itu, adalah wartawan bersertifikat. Anda dulu wartawan bersertifikat? Atau jangan-jangan wartawan b*drex? Maksud saya, tidak perlu lah jadi yang "si paling wartawan".

Tidak usah juga lewat antek-antek media Anda, menyebut media yang mengkritik Anda itu punya utang, atau berafiliasi dengan tokoh atau partai tertentu. Anda lho memelihara pengelola media dan pemilik beberapa akun besar media sosial. Itu bukan rahasia lagi, Mr Mayor. Dan coba deh dicek, media yang Anda pelihara itu terverifikasi Dewan Pers Bikini Bottom atau tidak?

Coba Anda contoh Governor Rock Bottom. Beliau yang saya hormati itu cuma pura-pura gila ketika dikritik. Kalau tak mau dengar kritikan, yang Anda tutup itu telinga Anda sendiri, bukan menutup mulut sang kritikus.

Saya kasih tau nih ya, ada cara yang lebih elegan meredam kritik daripada lewat cara-cara barbar seperti mengintimidasi media. Anda kan punya tim media sendiri, kasih dong mereka kerjaan untuk mengcounter kritikan itu. Tulis dengan sebaik-baik dan sebenar-benarnya data. Hallway Bikini Bottom, Bikini Bottom Today, Pro-Bikini Bottom, Bikini Bottom Pos, dan media lain pasti bersedia menerbitkannya. Tim Anda bisa nulis yang bener kan, ya? Kalau tidak, nanti saya buka pelatihan gratis.

Sayang, Pak, kalau kinerja Anda yang sudah bagus selama ini, ternodai oleh sikap anti-kritik Anda. Ini bukan kejadian sekali-dua kali soalnya. Anda, diakui atau tidak, punya kecenderungan otoriter.

Dulu waktu admin di akun official Government of Bikini Bottom nyebar hoax lalu ditulis oleh wartawan, antek-antek Anda menekan media itu untuk menghapus atau take down berita. Waktu ada kecelakaan akibat penerangan jalan minim akhir Mei kemarin, antek-antek Anda juga minta info itu di-take-down. Kalau sedikit-sedikit minta take down, mending Anda saja yang kami take down, Pak. Mr Crab dan Plankton pasti senang mendengarnya, bahkan bisa bersekutu untuk itu.

Terakhir, Pak Wali, kalau telinga Anda masih terlalu tipis, suka baper menerima kritik, dan selalu menggunakan cara barbar menekan media untuk men-take-down berita, sepertinya Anda belum siap mental jadi wali kota. Saya sarankan Anda magang dulu di Krusty Krab, jualan krabby patty. Di sana Anda akan ditempa menghadapi gelombang kritik dan komplain pelanggan Bikini Bottom.

Selain menghandle komplain pembeli, menghadapi kelakuan Spongebob dan Squidward tentu akan menambah kesabaran Anda.

Buat kawan-kawan pers se-Bikini Bottom, ini momentum untuk melawan segala bentuk pembungkaman pers. Melawan mungkin bisa membuat media kita mati, tapi dengan terhormat. Daripada berpasrah diri diinjak-injak, lalu pelan-pelan mati sebagai pecundang.

 

 

Ttd

 

 

Mr Perch Perkins
Wartawan yang bermukim di Bikini Bottom

Penulis: Achmad Ridwan

Berita Lainnya