Utama

Vaksin DBD Vaksinasi DBD Demam Berdarah Dengue  Kasus DBD di Kaltim Gejala DBD Penyakit DBD 

Perdana di Indonesia, Kaltim akan Gelar Vaksinasi DBD di Balikpapan



Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, dr Jaya Mualimin.
Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, dr Jaya Mualimin.

SELASAR.CO, Samarinda - Kalimantan Timur (Kaltim) menjadi provinsi pertama di Indonesia bahkan dunia yang meluncurkan program vaksinasi Demam Berdarah Dengue (DBD) secara masal. Program ini mendapat apresiasi dari media asing asal London yang akan ikut meliput langsung kegiatan vaksinasi masal nanti di SD Al-Auliya 2 Balikpapan.

Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, dr Jaya Mualimin, mengatakan bahwa program vaksinasi DBD ini merupakan inovasi untuk pencegahan dan penanggulangan kasus DBD yang diinisiasi oleh Pemerintah Provinsi Kaltim dan Pemerintah Kota Balikpapan. “Sasaran vaksinasi ini ada 11 ribu anak antara 6 sampai 12 tahun yang memang sering terjangkit hingga kasus kematian di kelompok umur ini,” ujarnya.

Menurut dr Jaya, Kaltim menggunakan jenis vaksin terbaru teknologinya yaitu Takeda Jepang dan didistribusikan melalui Biofarma. “Pemerintah sudah menganggarkan di tahun kemarin itu sebesar Rp10 miliar untuk vaksin, dan tahun ini kami tingkatkan karena di beberapa daerah masih banyak indikator angka kesakitan DBD kategori merah. Kalau kita lihat merah ini karena yang seharusnya 10 kasus per 100.000 penduduk, namun di Kaltim ini di atas 150 kasus per 100.000 penduduk. Bahkan sempat di 2017 itu hampir 300 kasus per 10.000 penduduk. Karena itu kami ingin menurunkan ke indikator terendah tadi,” jelasnya.

Ia menambahkan, untuk kasus kematian akibat DBD, Kaltim memang mengalami penurunan di tahun 2023, dari 0,66 persen di 2022 menjadi 0,44 persen di 2023. “Ini menunjukkan bahwa upaya pencegahan dan penanggulangan DBD yang kami lakukan mulai membuahkan hasil,” katanya.

Selain melakukan vaksinasi, Dinkes Kaltim juga melakukan upaya pengendalian vektor DBD. Salah satu pengendalian vektor yang sesuai dengan basis pengetahuan dan teknologi adalah nyamuk ber-Wolbachia. “Ini kan sempat ramai di medsos karena katanya bikin nyamuk bionik lah, nyamuk impor dari Australia lah, tapi kenyataannya nyamuk ini ditempeli bakteri Wolbachia. Sehingga ketika nyamuk Wolbachia bereproduksi dengan nyamuk aedes aegypti, anakan nyamuk tersebut menghasilkan nyamuk yang tidak dapat menularkan virus dengue. Nyamuk aedes aegypti yang melakukan proses reproduksi dengan nyamuk aedes Wolbachia juga kehilangan kemampuannya dalam menyebarkan virus penyebab DBD ini,” paparnya.

Program vaksinasi DBD di Kaltim telah dimulai sejak Juni 2023 dan telah mencapai 60 persen dari target sasaran. Program ini diharapkan dapat memberikan perlindungan terhadap empat serotipe virus dengue yang beredar di Indonesia dan mengurangi beban kesehatan masyarakat akibat DBD.

Penulis: Yoghy Irfan
Editor: Awan

Berita Lainnya