Kutai Timur

DPRD Kutim 

Sistem Zonasi PPDB Kutim Dipertanyakan, Orang Tua Murid Mengadu ke DPRD



SELASAR.CO, Sangatta - Sejumlah orang tua murid di Kutai Timur (Kutim) mempertanyakan sistem zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2024. Mereka mendatangi gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kutim pada Rabu (3/7/2024) untuk mengadukan nasib anak-anak mereka yang tidak lolos seleksi karena terhalang oleh kuota zonasi.

Para orang tua murid ini merasa kecewa karena sistem zonasi dinilai tidak adil bagi anak-anak yang tinggal di zona umum. Mereka beranggapan bahwa sistem ini membatasi kesempatan bagi anak-anak mereka untuk mendapatkan pendidikan di sekolah negeri favorit.

Salah satu contoh kasus yang diadukan adalah di SMA Negeri 1 Sangatta Utara. Seorang orang tua murid menceritakan bahwa nilai anaknya yang kembar di atas 9, namun tidak mendapatkan tempat di sekolah tersebut. Ia merasa heran karena di hari pertama pendaftaran, nilai anaknya masih berada di urutan atas, namun pada hari kedua, nilainya turun drastis ke urutan bawah.

"Saya mempertanyakan sistem zonasi umum ini. Jika rumah kami dekat dengan sekolah dan pilihan sekolah hanya satu, bagaimana nasib anak kami jika tidak diterima? Kami tidak mampu menyekolahkan anak ke sekolah swasta," keluhnya.

Orang tua murid lainnya, Anton, juga mempertanyakan kuota di SMA Negeri 1 Sangatta Utara yang kabarnya masih kosong sebanyak 21 tempat. Ia melihat di aplikasi PPDB bahwa hanya terdapat 329 peserta yang terdaftar, padahal total daya tampung sekolah tersebut adalah 350 murid.

Menanggapi hal ini, Perwakilan UPT Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), I Ketut Puriata, menjelaskan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan masalah ini adalah banyaknya sekolah swasta yang tidak menjadi pilihan utama masyarakat. Hal ini mengakibatkan lonjakan pendaftar di sekolah negeri yang jumlahnya terbatas.

"Kami memahami keresahan orang tua murid. Namun, kami juga memiliki keterbatasan dalam hal infrastruktur dan daya tampung sekolah," terangnya.

I Ketut Puriata, juga mengklarifikasi mengenai perbedaan nilai yang muncul di pengumuman PPDB. Ia memastikan bahwa pihaknya telah melakukan pengecekan kembali dan menemukan bahwa ada beberapa siswa yang memiliki nilai rendah namun memiliki kode khusus yang menunjukkan bahwa mereka termasuk dalam kategori zona prioritas untuk diterima.

"untuk nilai yang berbeda itu saya sudah cek di internet itu, di sana itu ada memang nilai rendah tapi dia ada kodenya, ada logo di samping,  itu berarti dia prioritas  di situ dia khusus, memang nilai di situ berapapun seharusnya diterima, itulah yang mungkin dilihat oleh beberapa  bapak ibu sehingga  nilai itu untuk lebih kecil pun di atas ada 700, 900 ya itu karena dia punya simbol,simbol khusus yang memang harus diterima begitu," papar Kepala Upt Disdik

Lebih lanjut, ditemui usai RDP terkait adanya data yang diduga masih tersisa 21 kuota orang yang belum masuk ke dalam Aplikasi PPDB, I Ketut Puriata mengaku jika pihaknya belum menerima data tersebut dari pihak sekolah. “Saya belum terima, biasanya pihak sekolah akan melaporkan, inikan hari terakhir, kan kita akan dapat laporan dari sekolah secara resmi terkait pelaksanaan PPDB, nanti laporan resminya setelah daftar ulang,” Imbuhnya

Lebih lanjut, terkait adanya isu yang menyatakan bahwa kuota zona disekolah negeri penuh di akibatkan adanya dugaan titipan yang dilakukan orang-orang tertentu. I Ketut Puriata mengaku tidak mengetahui hal tersebut. Sebab dirinya hanya berada di kantor namun tidak di sekolah.

“Hal yang seperti itukan bisa saja dihembuskan supaya nanti yang lain bisa masuk. Bahkan peluangnya juga tidak ada didalam system itu, didalam sistemkan tidak ada peluang itu,” Terangnya

Sementara itu, Ketua Komisi D DPRD Kutim, Yan, menyampaikan bahwa pihaknya akan segera mencari solusi terbaik untuk menyelesaikan permasalahan ini. Ia meminta masyarakat untuk bersabar dan tetap tenang.

"Kami akan membawa laporan ini kepada pimpinan dan berkoordinasi langsung dengan Bupati untuk mencari solusi yang tepat," tegasnya.

Yan juga menyampaikan permohonan maaf kepada orang tua murid atas belum adanya solusi pada hari itu. Ia berjanji akan terus berupaya mencari jalan keluar agar semua anak di Kutim mendapatkan akses pendidikan yang berkualitas.

Penulis: Bonar
Editor: Awan

Berita Lainnya