Utama

RPJMD Kutim Bappeda Kutim Edward Asran 

Virus Corona Mendorong Penguatan Produksi Pangan di Kutim



FGD Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kutai Timur
FGD Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kutai Timur

SELASAR.CO, Sangatta – Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kutai Timur, tampaknya akan berubah seiring datangnya wabah virus corona. Hal ini disampaikan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kutai Timur (Kutim) Dr Edward Asran.

“Variabel pembangunan kita akan berubah dengan adanya Covid-19 ini, dalam lima tahun akan datang. Sebab, yang selama ini kita gunakan yakni variabel rantai distribusi produk, terutama pangan, ternyata tidak efektif saat ada wabah corona,” jelasnya.

Sebab, lanjut Edward, saat dilakukan pembatasan lalu-lintas, maka distribusi barang akan terhalang. Hal itu mengakibatkan rantai distribusi terganggu. Sehingga daerah seperti Kalimantan, termasuk Kutim, akan  mengalami kekurangan bahan pokok. “Sebab 70 persen kebutuhan masyarakat, terutama beras, masih dibawa dari Jawa dan Sulawesi,” katanya.

Karena itu, ke depan, variabel rantai produksi dan rantai distribusi akan diseimbangkan. Tentu ini akan terkait dengan anggaran. Terutama untuk pertanian. 

“Kalau selama ini kita andalkan distribusi pangan dari Jawa dan Sulawesi, maka  mulai tahun depan, kita akan perkuat produksi. Dalam hal ini, bagaimana meningkatkan produksi pertanian bahan pangan, untuk kebutuhan pokok masyarakat seperti padi, dan berbagai kebutuhan lainnya. Agar saat wabah muncul, Kutim tidak kekurangan kebutuhan pokok,” terangnya.

Diakui, karena selama ini variabel yang diandalkan adalah variabel distribusi, maka anggaran untuk pertanian kurang. Namun, ke depan, rantai produksi akan diperkuat. Karena itu, pemerintah akan meningkatkan anggaran pertanian, termasuk faktor pendukung produksi. Sehingga, Kutim bisa meningkatkan produksi bahkan swasembada pangan.

“Contoh, selain melakukan pencetakan sawah, membuat irigasi, peningkatan jalan pertanian, itu juga merupakan peningkatan rantai produksi,” kata Edward.

Disebutkan, pada awal Kutim berdiri, memang tingkat kemandirian Kutim soal pangan hanya sekitar 11 persen. Pemerintah lebih memperkuat rantai distribusi. Sehingga dalam 20 tahun,  produk pertanian baru mampu menyediakan 29 persen dari kebutuhan lokal.  Jika nantinya variabel produksi diperkuat, maka kemandirian pangan akan lebih cepat tercapai.

“Jadi, memang ada kemajuan kemandirian pertanian kita dari segi pangan, tapi lambat.  Karena itu, ke depan, masalah produksi pertanian ini akan lebih ditingkatkan lagi, menuju kemandirian atau yang disebut swasembada pangan,” katanya.

Penulis: Bonar
Editor: Awan

Berita Lainnya