Utama
SMAN 10 Samarinda SMA 10 Samarinda Polemik SMAN 10 Samarinda Yayasan Melati Kampus Melati Kampus A Melati 
Diundang Musyawarah, Kepala SMAN 10 Samarinda Larang Guru Datang
SELASAR.CO, Samarinda - Paguyuban Wali Murid Siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 10 Samarinda bersama orangtua siswa-siswi, Masyarakat Peduli Pendidikan (MPP), Gerakan Peduli Rakyat (Gapura), dan Forum RT pada Sabtu (29/1/2022) melakukan musyawarah.
Kegiatan itu dilaksanakan di gedung Kesenian Kampus A SMAN 10 Samarinda yang beralamat di Jalan HAM Rifaddin, Loa Janan Ilir, Kecamatan Loa Janan.
Koordinator Paguyuban Wali Murid SMAN 10, Ali, saat ditemui menjelaskan, bahwa dilakukannya musyawarah hari ini membahas nasib siswa-siswi SMAN 10 Samarinda, terkait kegiatan pembelajaran yang dipindahkan untuk sementara ke Education Center di kawasan Sempaja, Kecamatan Samarinda Utara.
Berita Terkait
"Kami dari paguyuban ini menyerahkan sepenuhnya kepada orangtua murid. Kesimpulannya pada hari ini, mereka tetap ingin anaknya tersebut dapat bersekolah di Kampus A Jalan HAM Rifaddin," ujar pria yang kerap disapa Haji Ali tersebut.
Ali juga mengatakan, bahwa dalam pembahasan, sempat diusulkan beberapa tempat untuk melangsungkan pembelajaran bagi siswa-siswi SMAN 10 Samarinda. Seperti gedung Badan Pengembangan Sumber Daya Manusian (BPSDM) dan SMAN 4 Samarinda, keduanya sama-sama beralamat di kawasan Loa Janan Ilir.
"Saya ingin siswa-siswi tidak dikorbankan. Jadi kita harus berpikir bagaimana caranya mereka dapat belajar. Apabila orangtua siswa-siswi tidak menginginkan ke Education Center, kan banyak jalan lain," kata Ali.
Orangtua murid bernama Suswanto saat ditemui usai musyawarah menjelaskan, hasil pertemuan tersebut, para orangtua yang hadir sepakat untuk bertahan agar siswa-siswi dapat tetap belajar di Kampus A.
Selain itu, Suswanto juga membeberkan, dalam pertemuan musyawarah, para orangtua telah mengundang para guru SMAN 10 agar dapat hadir dalam pertemuan tersebut. Namun, diketahui tak ada satu pun guru yang datang, lantaran beredar sebuah surat yang ditandatangani Kepala SMAN 10 bertuliskan agar para guru tidak hadir dalam musyawarah itu.
"Tidak masalah jika guru dan Kepala SMAN 10 tidak hadir, namun acara ini tetap berjalan," kata Suswanto.
"Dari hasil musyawarah, ada dua alternatif, pertama orangtua tetap menginginkan yang diterima jalur zonasi agar dapat tetap belajar sampai lulus di SMAN 10, dan yang kedua bisa keluar dari SMAN 10 tetapi mendapatkan tempat di daerah Samarinda Seberang," tutup Suswanto.
Penulis: Bekti
Editor: Awan