Utama

Produksi Batu Bara Ekonomi Kaltim Bank Indonesia Tambang batu bara UU IKN IKN Nusantara 

Produksi Batu Bara China Membaik, Berisiko Hambat Ekonomi Kaltim 2022



Hilir mudik kapal pengangkut batu bara di Sungai Mahakam.
Hilir mudik kapal pengangkut batu bara di Sungai Mahakam.

SELASAR.CO, Samarinda - Perekonomian Kaltim tahun 2022 diperkirakan terus melanjutkan momentum perbaikan. Dari sisi lapangan usaha, industri pengolahan diprakirakan menjadi engine of growth pertumbuhan ekonomi Kaltim 2022. Hal ini disampaikan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Kalimantan Timur, Ricky Perdana Gozali.

Ricky menyebut bahwa kinerja lapangan usaha konstruksi juga diprakirakan akan tumbuh positif seiring berlanjutnya pengerjaan proyek strategis seperti Refinery Development Master Plan (RDMP) Refinery Unit V Balikpapan, Bendungan Sepaku Semoi, serta preservasi berbagai ruas jalan nasional.

“Selain itu, telah disahkannya UU IKN berpotensi mendorong percepatan pembangunan yang secara langsung, berdampak positif pada lapangan usaha konstruksi dan juga akan meningkatkan apetite investor,” ujar Ricky pada hari ini, Jumat (18/3/2022). 

Proses pemulihan ekonomi Kaltim pada 2022 juga turut ditopang oleh prakiraan harga komoditas yang masih relatif tinggi. Meskipun demikian, laju pertumbuhan ekonomi Kaltim 2022 juga berisiko menghadapi sejumlah tantangan seperti faktor cuaca yang mempengaruhi kinerja sektor batu bara yang mayoritas bersifat open pit. Selain itu, membaiknya produksi batu bara Tiongkok dan India dan lebih kuatnya komitmen transisi penggunaan energi baru terbarukan (EBT) terutama di negara-negara maju, juga diprakirakan dapat menjadi downside risks atau risiko penurunan pada perekonomian Kaltim pada 2022.

“Inflasi Kaltim pada tahun 2022 diprakirakan akan mengalami peningkatan namun tetap berada pada rentang target sasaran inflasi 3,0 ± 1 persen (yoy),” terangnya.

Kenaikan tingkat inflasi diprakirakan didorong oleh sejumlah faktor, yakni lebih tingginya permintaan masyarakat, pelaksanaan vaksinasi termasuk booster yang kian massif, kenaikan UMP, serta risiko peningkatan harga sejalan dengan rencana implementasi harmonisasi kebijakan perpajakan 2022. Selain itu, tekanan inflasi diprakirakan juga bersumber dari terjadinya revenge travel seiring dengan prakiraan membaiknya kasus COVID-19 serta peningkatan harga komoditas global.

Penulis: Yoghy Irfan
Editor: Awan

Berita Lainnya