Utama

SMP 38 Samarinda 

Benang Kusut Pembebasan Lahan Jalan SMP 38, Ratusan Siswa Jadi Korban



Licin dan terjal, akses jalan siswa-siswi SMP 38 Samarinda
Licin dan terjal, akses jalan siswa-siswi SMP 38 Samarinda

SELASAR.CO, Samarinda – Hujan adalah berkah, ujar para ustaz. Namun, mungkin lain yang dirasakan 412 siswa-siswi SMP 38 Samarinda. Jika langit memuntahkan air, akses jalan yang mereka lalui menuju sekolah menjadi licin dan terjal.

Jalan yang biasanya dilalui murid-murid diportal oleh pemilik lahan sejak Senin (11/11/2019) lalu. Sebabnya, hingga kini belum ada titik temu antara pemilik lahan dengan Pemkot Samarinda perihal ganti rugi lahan.

Alhasil, para siswa dan guru SMP 38 harus melewati jalur lain yang kondisinya menyedihkan. Kamis (14/11/2019) siang, setelah hujan turun mengguyur Kota Tepian, siswa laki-perempuan tampak menenteng sepatu di tangan mereka. Mereka berjalan cukup hati-hati agar tidak tejerembab.

Refilia Safitri, salah seorang wali murid mengaku datang lebih awal untuk menjemput putrinya. Seolah hafal dengan keadaan, jika hujan, siswa-siswa SMP 38 dipulangkan lebih cepat dari waktu pulang yang seharusnya pukul 15.00 Wita.

“Anak-anak sudah dikasih pulang karena itu tadi, akses jalannya seperti ini,” kata ibu yang anaknya duduk di kelas 7 ini.

Perkara gedung bangunan sekolah, Fitri katakan, gedung SMP 38 terbilang mewah. Namun sayangnya sampai saat ini belum memiliki akses jalan yang layak.

“Untung masih ada yang berbaik hati mempersilakan lahannya untuk dilewati, walaupun itu turunannya juga curam,” kata Fitri.

Jalan di depan sekolah yang biasanya dilewati sebenarnya tidak dijaga oleh siapapun. Walaupun diportal, bisa saja mencuri-curi lewat jalan tersebut. Namun, tidak dilakukan oleh siswa-siswi SMP 38 Samarinda.

“Takut yang punya marah,” kata Suci Aulia, siswi yang duduk di kelas IX.

Wali Kota Samarinda, Syaharie Jaang mengaku prihatin dengan kondisi yang dialami oleh siswa-siswi SMP 38. Namun kata prihatin saja tidak cukup untuk menyelesaikan masalah. Dia pun memerintahkan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait agar bisa merampungkan perihal pembebasan lahan.

Jaang menyerahkan segala urusan terkait permasalahan akses jalan utama menuju sekolah ke dinas terkait. "Ini kan bagian dari sistem. Jadi saya sudah percayakan kepada PU tentang masalah ini," ungkap wali kota dua periode itu.

Terpisah, Kabid Bina Marga Dinas PUPR Samarinda Denny Alfian mengungkapkan titik masalah pembebasan lahan untuk pembangunan jalan menuju sekolah. Yaitu, ada perbedaan lokasi pembebasan yang diinginkan antara Pemkot Samarinda dengan pemilik lahan.

“Pemilik lahan menginginkan trase jalan yang bukan direncanakan,” ungkap Denny.

Pemilik tanah menginginkan lokasi yang dibebaskan adalah yang sudah menjadi akses jalan selama ini. Namun, Pemkot menginginkan sisi sebelah kiri, karena ingin membuat jalan yang lurus.

Karena, sejak tahun 2017 Pemkot Samarinda melalui Surat Keputusan Wali Kota Samarinda Nomor 642/234/HK-KS/V/2017 menetapkan kawasan yang berada di sisi kiri Jalan Jakarta, Kelurahan Lok Bahu itu menjadi Religi Center dan SMP 38 Samarinda. Dalam surat keputusan itu pun telah dipetakan rencana pembangunannya termasuk tentang akses jalan.

 “Kalau di sini berarti kita harus mengubah (SK) ini dulu, karena ini yang berkekuatan (hukum),” imbuhnya. Untuk itu pihaknya belum bisa melakukan pembayaran, karena terbentur dengan SK Wali Kota tersebut.

Denny sudah berusaha untuk berkomunikasi langsung dengan pemilik lahan, namun belum bisa bertemu karena yang bersangkutan masih di luar daerah. Dirinya tetap optimistis proses pembebasan lahan bisa diselesaikan tahun ini.

“Sekarang kami berkomunikasi dengan bagian aset untuk merevisi SK itu,” ujar Denny.

Terkait biaya ganti rugi lahan, kata Denny, Pemkot Samarinda telah menyediakan sebanyak Rp 5 miliar melalui APBD Perubahan. Dana itu untuk pembebasan lahan di empat kawasan, yaitu akses jalan SMP 38, jalan tembusan SMP 1 dan SMA 1 ke daerah Folder, Jembatan Gunung Lingai, dan Jalan Poros Bontang.

Dari pantauan, rencana pembangunan jalan dalam SK Wali Kota 2017 itu masih semak belukar dan posisinya lurus tepat di depan sekolah dengan jarak sekira 150 meter dari jalan raya. Sementara jalan yang tengah diportal oleh pemilik lahan, bentuknya melintang sekira sepanjang 300 meter dari jalan raya.

 

 

Penulis: Fathur
Editor: Awan

Berita Lainnya